Jika.. Karena.. Yang Benar Saja..!

Jika bekerja membuat orang-orang itu melupakan segala letupan mimpi dan semangat kala itu*
Boleh saja
Tapi tidak bagiku

Karena harusnya bekerja bisa membuatku berada ribuan langkah lebih dekat dengan segala mimpi itu


Jika seharian bekerja membuat orang-orang merasakan letih yang sangat hingga hanya menginginkan istirahat dan bermalas-malasan sesampai di rumah
Boleh saja
Tapi tidak bagiku

Karena segala mimpi itu mana bisa dicapai dengan bersantai-santai


Jika bekerja berarti setelan blouse, kemeja, atau dasi, atau high-heels

Uugh..
Yang benar saja
Kan kuhadapi dunia itu dengan ransel dan kets!


Tip of Today ^^x

Bismillah..

Ya Allah
Ya Tuhan kami
Berikanlah kami kekuatan untuk menghindar dari perbuatan yang akan membuat kami menyesal di kemudian hari
Amin..


Selanjutnya marilah kita dengarkan kata-kata penuh hikmak yang akan memberikan inspirasi kebaikan pada hari ini ..

(Bla bla bla..)

***


Entah siapa di Kantor Pusat (atau Kanwil?) yang punya ide hingga sebuah Surat Edaran (keknya, kalo saya ga salah inget yak) menginstruksikan kantor kami untuk mengawali hari dengan pembacaan doa dan tip harian. Alhasil ditunjuklah beberapa pegawai sebagai petugas. Jadilah saya tiap jumat pagi berasa jadi penyiar radio gt. Baca doa dan tip harian di ruang subbag umum yang bisa didengar oleh seisi kantor.


Doa yang dibaca sama terus setiap hari, selama berbulan-bulan, sepanjang tahun.. (Hehe, berley-bihan) tapi tip alias kata penuh hikmahnya ganti-ganti.


Dan ini yang saya bacakan tadi pagi.

"Jika orang-orang mengatakan bahwa anda tidak dapat membuat perubahan. Maka ada dua kemungkinan : mereka tidak berani mencoba, atau mereka takut melihat anda berhasil"

Pengennya si mengakhiri ritual-siaran-hari-jumat (hehe) dengan mengepalkan tangan dan meneriakkan "Semangadz!!!" tapi keknya bakalan ditimpuk sama pak kakap sang kepala geng. Hehe ^^x


Penasaran.
Di kantor-kantor atau instansi lain gini juga ga ya?

Ayo crita!

Noh, nyang baca postingan ini.

Iya!
Kamu!


^^x


Yatto Wakatta

Orang-orang jaman dulu hebat sangat ya.

Begini ceritanya :

Pikiran itu melintas di benak saya ketika saya tengah ber-G-talk ria dengan kawan-kawan beberapa hari lalu. Saya sedang dalam kondisi kejiwaan (halah) yang agak hetakuso saat itu.

Saya menulis,

“Ukh, walimahnya irma dimundurin, jadinya barengan pas diriku sedang prajab..”
Setelah itu saya pasang smiley bermuram durja,
“:(”

Kawan saya balas,
“:)”
Lagi-lagi saya,
“:(”

Disambut oleh kawan saya dengan,
“:)”

Sampai beberapa kali. Dasar saya memang agak iseng. Sebenarnya saya tak sedang sesuram itu, tapi sang kawan itu, sebut saja arum (piss jeung ^^x) menganggapnya serius.
”Senyum dong”

Saya (masih) saja iseng,
“:(”

”Q2 kan penuh semangat dan senyum”
Wuih.... kata-kata itu (walau ga 100% bener, hehe) benar-benar melejitkan kondisi emosional saya dari titik hampir bawah ke titik atas. Bersyukur. Bersyukur. Jazakillah ukh..

Lain waktu pernah juga semangat saya terdongkrak ketika seorang joujou menelpon. Padahal kami hanya mengobrol biasa. Hati memang beresonansi ya. Yang berasal dari hati akan ditangkap oleh hati.

Yatto wakata. Akhirnya saya bisa faham kenapa seorang ikhwah sampai merasa harus menghubungi teman seperjuangannya di pagi buta demi mendapatkan kembali semangat dan kelurusan niatnya.

Nah! Ini korelasinya dengan kalimat pertama di postingan saya ini. Orang-orang jaman dulu hebat sangat ya. Karena mereka ga kenal apa itu teknologi komunikasi yang membuat dunia seakan tak berjarak (Tak berbatas, Borderless world kata Kenichi Ohmae), tapi mereka bisa tetap hidup dengan semua yang tak ada kala itu.

Hfuu....


Eh tapi segala sesuatu berjalan sesuai jamannya ya. Jaman dulu yang kita anggap kuno itu, pada masanya orang-orang penghuni jaman itu beranggapan telah maju. Mungkin kita yang sekarang ini berasa sudah jadi manusia modern akan dianggap kuno oleh-oleh orang-orang di masa setelah kita.

Semangadz!


*btw, kalo penasaran sama judul postingan ini, tanyakeun saja ke ahlinya. Hihi ^^x

*tadinya saya mau posting ini di multiply saya tapi got some trouble. Yowislah disini saja.

Wanita : Kaca yang Berdebu

Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu keras membersihkannya
Nanti ia mudah retak dan pecah

Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu lembut membersihkannya
Nanti ia mudah keruh dan bernoda

Ia bagai permata keindahan
Sentuhlah hatinya dengan kelembutan

Ia sehalus sutera di awan
Jagalah hatinya dengan kesabaran

Lemah lembutlah kepadanya
Namun jangan terlalu memanjakannya
Tegurlah jika ia bersalah
Namun jangan kau lukai hatinya

Bersabarlah bila menghadapinya
Terimalah ia dengan keikhlasan
Karena ia kaca yang berdebu

Semoga kau temukan dirinya bercahayakan iman

(Nasyid Kaca yang Berdebu by Maidani)


*****

Satu lagi tentang wanita. Kaca yang berdebu. Hmm.. setelah tulang rusuk yang bengkok.. Jangan terlalu keras meluruskannya karena ia akan patah, pun jangan dibiarkan tetap dalam kebengkokannya.

Hhh.. Wanita. Wanita. Memang susah dimengerti.

(Hla? Hehe ^^x)

Episode Pantai

Ini tentang akhir pekan kemarin.
Setelah tiga kali akhir pekan habis di tiga kota yang berbeda (pertama di Kudus rumah keluarga suami kakak perempuan pertama saya, kedua di Wonosobo demi menjumpai sang Ibunda dan adiknda, terakhir di Jakarta sembari menyingkirkan barang-barang peninggalan saya dari eks kost di ponjay) maka saya putuskan berakhir pekan di Semarang! Domisili saya sekarang ini.

Semua rencana tersusun rapi kemarin ini. Ini realisasinya.

Rute perjalanan saya hari sabtu lalu (19 Juli 2008) :
Gang Bedagan samping kantor walikota Semarang -> Pantai Marina -> Masjid Baiturrahman -> Gramedia (dkt) Simpang Lima -> kost -> DP Mall -> kost

Saya cerita tentang Pantai Marina saja ya.
(Ini ada beberapa fotonya)


(Itu tu kapal pesiar yang bisa dinaiki --tapi bayar--)


Sebuah kecenderungan yang lazim terjadi pada diri manusia, menginginkan apa yang belum atau jarang didapatnya. Maka itu pula yang terjadi pada diri saya. Terlahir sebagai seorang anggun (=anak nggunung) jadilah saya terobsesi dengan pantai. Semoga bukan obsesif kompulsif a la Jimbron yang tergila-gila pada kuda. Entahlah, saya sendiri tak tahu pasti apa yang membuat saya terobsesi. Tapi saya masih memimpikan duduk di pasir pantai bertilawah ditemani ombak dan angin. Hmm.. sepertinya buku Diary Pengantin punya andil atas keinginan ini. Hehe.

Jadilah sabtu siang (sekitar pukul 11, seusai menghadirkan jasad dan ruh serta hati saya dalam forum cinta --huihui, istilahnya!--) saya berjalan kaki menuju Pasar Bulu dekat Tugu Muda itu, menanti bis yang akan membawa saya ke Marina. Bis jurusan kelipang-PRPP inilah yang biasa saya tumpangi ketika berangkat ke kantor setiap hari kerja. Ongkosnya 2000 saja! (Tarif normal --sepengamatan saya-- sekitar 2500 atau 3000 tapi mungkin karena melihat penampakan saya yang kecil a la anak SMA apalagi dengan ransel di punggung saya (^^x), bapak-bapak kondektur memungut ongkos 2000 saja spesial untuk saya hehe). Saya naik itu bis sampai di pojok perhentian bis sampai-sampai sang kondektur harus 'mengusir' saya turun dari bis, gara-garanya saya tetap saja duduk di dalam bis ketika sang bis sudah mencapai ujung perhentian. Turun. Celingukan. Gerbang PRPP menyambut saya. Pantai Marina arah mana ya? Kanan? Kiri? Nekad. Saya pilih kiri. Kemudian untuk memantapkan saya tanya bapak-bapak yang sedang makan di warung tenda dekat situ.
"Kalau mau ke Marina kemana ya Pak?"
"Sana Mbak" Jawab beliau sembari menunjuk ke kiri.
"Oh, kesana Mbak" Bapak yang satunya lagi menunjuk arah kanan.
Hla? Piye to?
Minutes later.. Ternyata ke Marina bukan ke kiri tapi ke kanan! Oke, lanjuttt..! Sebelum berpisah, sang bapak memberikan petuah berharga, "Jauh lho mbak kalo jalan kaki"
Gapapa Pak.
Watashi ganbaru. Hehe ^^x.

Benar-benar sebuah perjuangan kala itu. Siangnya Semarang yang panas. Berjalan kaki seorang diri dalam balutan baju dan jilbab warna hitam! Ffiuhh.. Alhamdulillah tak berapa lama sebuah becak melintas. Agak dramatis kejadiannya. Agak 'fly' (^^x) gara-gara kepanasan membuat saya sempat tak menyadari keberadaan sang becak. Ketika tersadar reflek saya menoleh ke kanan. Sang bapak penarik becak pun menoleh ke arah saya. Saya tersenyum. Dan beliau juga tersenyum. Saya senang tak harus berjalan berpanggang-panas lebih jauh lagi dan beliau.. mungkin senang karena akan mendapatkan rezeki.


(Ini foto diambil dalam naungan becak)

Then.. Dalam naungan becak ditemani tiupan angin. Perjalanan yang menyenangkan.. Ngobrol dengan sang bapak penarik eh pengayuh becak.
"Rame ga pak pantainya?"
"Kalo bukan musim liburan biasanya sepi mbak"
Bagus. Bagus. Kata saya. Kan ke pantai mau menyepi. Hehe.
"Tapi hari-hari gini biasanya banyak pasangan-pasangan"
Wekz!


Sesampainya di pantai..
Oia. Tiket masuknya tiga ribu rupiah saja dot kom.
Kecewa.. Pantai yang tenang memang. Tapi terlalu tenang.. Ga ada itu ombak. Hanya ada gelombang permukaan air dengan amplitudo kecil. Huhu.. Berasa kolam renang.. Kalopun ada yang membuatnya lebih terlihat sebagai lautan adalah beberapa kapal-kapal pesiar di pinggiran. Teringat komentar kejam seorang teman tentang pantai ini : "Kayak selokan!" hehe. Piss ah.
Dan yang lebih parah dari itu adalah the fact that the visitors, almost all, are couples! Yang duduk berdempet-dempetan di pinggir pantai. Di bawah-bawah pohon. Malu saya melihat tingkah mereka itu. Huuu..kok bukan mereka yang malu sama saya!
Kondisi pantai yang tak terlalu mendukung itu akhirnya membuat saya yang datang bersendirian tanpa teman ini, harus puas berkeliling pantai bersama becak dan sang bapak. Bersyukur, beliau dengan baiknya mempersilakan saya turun dan mengambil gambar di lokasi-lokasi yang menurut beliau cukup layak untuk difoto. Hehe. Selesai berkeliling langsung pulang. Tak sampai setengah jam saya ada di pantai itu..


Jadi..
Episode pantai kali ini belum memuaskan obsesi saya akan pantai. Saya belum berkesempatan menikmati tilawah di tepi pantai..
Mungkin suatu hari nanti.
Doakan saya (^^x)

Ganbarou!

[update 26 juli 2008 02:14 pm]
Ini beberapa tips untuk yang mau berkunjung ke Pantai Marina :

1. Better not to go alone there ^^x
Datanglah bersama kawan-kawan anda
2. Lebih baik datang pada musim liburan sekolah, karena ramai pengunjung, sehingga tarif naik kapal pesiar dihitung per orangnya jadi lebih murah.
Kecuali anda memang ingin bersendiri di pantai ini.
3. Lebih nyaman jika anda membawa kendaraan sendiri. Karena jarak dari tempat pemberhentian bis ke pantai lumayan jauh. Tapi kalaupun tidak, anda bisa memanfaatkan jasa pengayuh becak.
4. Bawa payung atau penutup kepala. Panas euy. Hehe ^^x.

Menikah Bukanlah Akhir

Saya suka mencatat kata-kata bermakna dari orang-orang di sekitar saya. Dan dalam forum ‘itu’ sering sekali saya temukan kata-kata indah. Suatu ketika di akhir tingkat tiga, ketika hampir di setiap penjuru forum kampus ramai dengan topik menikah, sang murobbi pernah berkata tentang pernikahan.

“Menikah itu bukan akhir dari segalanya”

Tahu Cinderella kan? Snow White? (Baru nyadar saya kalau ia bukan putri salju tapi ‘putih salju’!) Dan cerita-cerita putri-putri-an lainnya? Tahu apa kesamaan dari semua cerita itu? Penderitaan kehidupan yang dialami sang tokoh utama selalu berakhir dengan s-e-bu-a-h p-e-r-n-i-ka-h-a-n. They live happily ever after. Seakan-akan setelah menikah maka mereka akan hidup bahagia selamanya dan tak akan ada lagi penderitaan, kesedihan ataupun kepedihan. Pernah tak kalian membayangkan andai film cerita dari negeri dongeng macam Cinderella dan kawan-kawan dibuat sekuelnya, kira-kira akan jadi seperti apa ya? Mungkin sang pangeran nantinya akan mengejar-ngejar putri lain yang lebih menarik? Cinderella dan pangeran bertengkar lalu bercerai? Hehe. Mungkin saja kan?

Ada lagi kawan saya. “Menikah adalah solusi” adalah kata-kata yang sangat amat sering sekali diucapkan oleh seorang kawan saya setelah ia menikah. Sebut saja JouJou (bukan nama sebenarnya). Sepanjang hari, selama berbulan-bulan, sepanjang tahun (hehe, ga juga), sang kawan ini setiap kali ada kawan lain yang bercerita dalam sesi curhat forum ‘itu’ (qodhoya rowa’i) seringkali berkata dengan penuh semangat, “Solusinya adalah menikah!”. Tak peduli jenis permasalahan apa yang dihadapi. Pokoknya solusinya adalah menikah. Titik. Haha. Orang aneh. “Iya, bener, solusi buatmu tapi bukan buatku” kata saya waktu itu. Menikah belum tentu adalah solusi bagi semua orang, bisa jadi malah memunculkan masalah baru. Eh, tapi dalam kondisi ‘standar’ (temperatur nol derajat celcius dan tekanan satu atmosfer, hehe, kangen pelajaran kimia, heleh), menikah adalah memang sebuah solusi.

Tentang Cinderella itu, bukan berarti saya mau bilang kalau pernikahan akan selalu berisi kesedihan ataupun permasalahan baru dalam hidup lho ya. Hanya saja ‘hidup bahagia selamanya’ itu yang agak mengganjal. Kecuali ketika kita memberikan pemaknaan lain pada kata ‘bahagia’. Jika bahagia yang dimaksud adalah kebahagiaan menerima sang pasangan komplet dengan semua kebaikan dan kekurangannya dan komplet dengan baik-buruknya keluarganya (ketika menikah bukan hanya menikahi istri atau suami saja tapi juga menikahi seluruh keluarganya --ini kata mbak Asma Nadia lho--). Kebahagiaan karena menerima dengan ikhlas segala apa yang terjadi dalam pernikahan. Kebahagiaan karena pernikahan dilakukan dengan sebuah tujuan besar. Pernikahan yang disandarkan pada sesuatu yang tak lekang dimakan zaman (wui.. bahasanya). Dijalan Allah aku menikah. Hehe, bukan mau nyaingin Pak Cah (Cahyadi Takariawan, penulis buku Dijalan Dakwah Aku Menikah) lho ^^x.


Wuih, ada apa ini saya nulis tentang menikah? Bukan, bukan, bukan untuk saya. Saya menulis ini untuk beberapa saudari yang telah dan akan menikah. Spesial untuk kalian ukh..
Arum & Pak Evans (terimakasih undangannya, saya sangat menikmati hidangan walimatul ‘ursy nya, hihi ^^)
Mbak Tutik & Dino (Afwan ga datang ke walimah kalian, insya Allah terucap doa untuk kalian)
Irma & ...... (Afwan irma, smsnya kehapus, diriku ga hafal nama calon penyelamat-hatimu, hehe, Insya Allah akan kudatangi walimahmu jeng)

Semoga keberkahan Allah selalu bersama kalian. Semoga pernikahan tak menjadikan langkah dan gerak terhambat, justru semakin cepat dan penuh keberkahan pula. Dua kepala lebih baik daripada satu kepala kan? Saling mengingatkan saling menguatkan hingga maut memisahkan..
Barokallahu laka wa baroka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khoir..

my very first

Tahukah anda apa yang sedang saya lakukan sekarang?

Saya ada di aula lantai 3 di kantor saya. Di bangku pojok kanan belakang. Menonton lelang! Mobil sitaan dilelang, Bung!
Pengalaman pertama!
Nantikan laporan saya. Hoho B-)

(Update 10:40 am)
Di meja depan --'meladeni' para peserta lelang-- ada Pak Kakap, Kasie Penagihan, dua orang ibu dari KPKNL (salah satunya adalah juru lelang).

Lelang yang sepi. Pesertanya cuma tujuh orang. Padahal yang dilelang dua mobil. Dan acara ini selesai kurang dari setengah jam.
Kata mas juru sita di kantor, ga puas dengan lelang kali ini. Sepi. Cuma tujuh. Padahal biasanya bisa dua puluh peserta.

Lelang dibuka oleh Pak Bosnya para debt collector (yang sepertinya akan jadi bos saya juga). Lanjut sambutan dari Pak kepala Geng (Kakap). Kata beliau, "Lelang ini bukanlah tujuan utama dari kantor kami, sebenarnya ini adalah hal yang sama-sama tidak diharapkan --oleh fiskus maupun wp--". Catet. Terus ada pengantar dari ibu juru lelang. Paaa..njang. (Prememori). Then, dimulailah lelang. Ibu julang (juru lelang) menyebutkan harga limit. Peserta menyebutkan harga tawaran mereka. Eia, sistem lelang dilakukan dengan penawaran secara lisan dengan harga naik-naik. Saya kira bakalan seru macam di film-film buatan hongkong itu yang ada sindikat pembeli barang lelangnya, terus ada adegan baku tembak, hoho. Ternyata gini. Pesertanya juga lemes. Naikin harganya seratus demi seratus. Pikir saya, wuih seratus juta! Ternyata seratus ribu.
Dan akhirnya dua mobil sitaan ditebus tak jauh dari harga limit.

Kata saya, gapapalah, pengalaman pertama ini. Tapi sang juru sita masih berkata, "ga puas".

Smangadz!

Membaca = Mengupgrade Kepribadian *

Buku yang sedang saya baca saat ini, dua buku sekaligus, tulisannya Gede Prama : Inovasi atau Mati, dan Percaya Cinta Percaya Keajaiban. Dan dua-duanya berkasus sama, belum selesai saya baca. Kebiasaan saya memang, membaca beberapa buku sekaligus, burukkah?
Lanjut..

Tulisan satu orang tapi dengan rasa yang berbeda. Saya pertama sekali membaca yang Inovasi atau Mati. Tentang manajemen organisasi. Gede Prama banyak mengkritik pemikiran-pemikiran yang sudah ada. Mulai dari pemikiran Kenichi Ohmae tentang Borderless World yang katanya masih saja ber-border, Kohler, dan nama-nama lainnya (tokoh-tokoh manajemen yang asing bagi telinga saya). Bagus pemikiran Bapak ini, baru. Seperti kata beliau tentang sekolah bahwa harusnya sekolah itu memberikan motivasi untuk belajar dan bukannya mendikte murid-muridnya untuk menjadi seperti apa. Langsung terbayang metode pendidikan di kebanyakan sekolah di Indonesia dan paradigma para orang tua --yang sudah harus dimuseumkan-- yang menilai keberhasilan pendidikan dari nilai yang diperoleh anak-anak mereka. Rangking. Teringat kalimat yang Berulang kali saya ucapkan ketika jaman kuliah kemarin "IP tidak akan pernah menggambarkan diri saya yang sebenarnya!". Sebuah usaha untuk mengingatkan diri ini apa yang sebenarnya saya tuju, tapi kadangkala malah jadi pembenaran ketika IP tak sesuai dengan yang diinginkan (hehe). Kembali lagi ke buku Gede Prama ini, sempat timbul ke-tidak-sreg-an saat membaca tulisan beliau. Di beberapa tulisan yang sudah saya baca, beliau seringkali memulai dengan memunculkan sebuah gagasan yang mengobrak-abrik pemikiran lama, mencapai klimks kemudian dilanjutkan dengan antiklimaks, pernyataan beliau bahwa seperti halnya pemikiran tokoh-tokoh yang beliau kritik, pemikiran beliau pun sama tak pentingnya, lalu diakhiri dengan "robek saja tulisan ini" atau "buang saja buku ini". Dalam pikiran saya, itu terlihat seperti sikap seseorang yang berani melemparkan sebuah ide tapi tak berani menghadapi akibat yang akan ditimbulkan oleh 'aksi' pelemparan tersebut. Maka, saya mulai malas-malasan membaca buku itu, disamping karena bahasa manajemen susah dicerna oleh otak saya. Sampai ketika saya pulang ke kampuang kemarin. Menemukan buku koleksi sang mbak di rak buku, lagi-lagi Gede Prama. Mengantisipasi kebosanan, akhirnya saya culik buku itu untuk menemani perjalanan saya menuju kota semar (Semarang maksudnya). Tepat! Judul bukunya Percaya Cinta Percaya Keajaiban. Tulisan dibuka dengan sebuah quote yang merupakan sebuah pesan sms yang dikirimkan oleh putri pertama Gede Prama:
Kegelapan bisa menyembunyikan gunung, sungai, pohon, dll. Akan tetapi ia tidak bisa menyembunyikan cinta.

Sudah saya baca itu buku sampai bab II tulisan ke-16. Komentar saya, keren, keren, keren. Subhanallah. Rasa yang berbeda dengan ketika saya baca buku yang pertama. Yang berasal dari hati akan mudah ditangkap oleh hati pula. Tidak perlulah saya resensi itu buku. Yang anda butuhkan adalah membacanya sendiri.

Selamat membaca!
Jangan lupa baca bismillah (pesan pak okebebeh)


*Kalimat ini pertama kali saya dengar hampir lima tahun yang lalu. Pas jaman saya kelas dua SMA. Keluar dari mulut mentor bahasa inggris dulu, mas Alfa. Ketika itu saya mencatat dalam-dalam di hati saya

Beginning is (emang) Hard

Bakar kapalnya!
Potong tali jembatannya!
(saya, 25 juni 2008)

Terinspirasi dari Thariq bin Ziyad (update july 2nd) yang berhasil menaklukkan Andalusia. Cara beliau memotivasi dengan membakar kapal yang seharusnya bisa membawa ia dan pasukannya kembali ke negeri asalnya untuk memberikan hanya dua pilihan untuk dirinya dan pasukannya : menaklukkan atau ditaklukkan. Karena manusia akan mengeluarkan usaha terbaiknya ketika hanya punya dua pilihan : hidup atau mati. Maka saya, yang bertekad 'menaklukkan' kota Semarang ini, walau mungkin bukan hidup atau mati yang saya pertaruhkan disini, menjejalkan dalam-dalam di kepala ini dua kalimat diatas (Bakar blabla.. dan Potong blabla..). Agar tak ada lagi jalan untuk mundur dan lari dari sini.

Memang bukan hidup-mati yang saya pertaruhkan disini, di kota ini, sekarang ini. Tapi mungkin inilah awal dari dimulainya hidup saya. A brand new life? Maybe?
Beberapa bulan kemarin ketika dalam pemagangan saya mungkin masih bisa 'ngabur' ketika ingin kabur. Tapi sekarang, tak bisa lagi. Saya pegawai kini. Harus bertanggung jawab atas ini.

Tapi.. Permulaan memang tak mudah. Payah ya. Harusnya saya bilang "susah, tapi bisa" daripada "bisa, tapi susah".

Saya mencoba untuk tidak membuat gambaran-gambaran ideal kehidupan baru saya di Semarang dengan status baru sebagai seorang pegawai pemerintah ini. Bukan berarti saya tak punya mimpi. Tapi mengetahui bahwa makin banyak keinginan semakin besar peluang kekecewaan dan ketidaksyukuran. Saya tak mau terlalu terobsesi --fyi, saya punya kecenderungan menjadi perfeksionis--. Saya hanya ingin melakukan terbaik yang saya bisa. Melakukan yang harusnya saya lakukan. Teringat doa yang sempat terucap mengiringi keberangkatan saya ke kota Semarang, 'Allah.. Semoga keberadaan saya di kota ini bermanfaat untuk dakwah, tak sekedar menambah populasi..'. Berbagai paradigma di benak saya. Bahwa mulai sekarang ini adalah saatnya mengaplikasikan semua teori yang pernah didapat. Bahwa saya sekarang adalah bagian dari masyarakat. Bahwa saya harus bisa diterima. Membaur tapi tidak melebur. Bahwa saya harus bermanfaat. Bahwa saya tak mau jadi biasa-biasa saja. Bahwa saya tak mau menjadikan kesibukan menjadi pegawai sebagai alasan untuk tak lagi bergerak. Bahwa saya ingin kembali merasakan kelelahan 'di jalan ini'. Rasa lelah yang nikmat. Lelah yang dulu itu. Lelah hingga tulang-tulangku ngilu, mataku berat. Lelah tapi nikmat.

Nyatanya, segalanya kadangkala tak semudah yang dikira.

"Kapan saya ditempatkan di seksi?"
"Kapan saya benar-benar bekerja?" (tragis, ternyata saya punya gambaran ideal apa yang disebut bekerja, karena sekarang di kantor walau belum ditempatkan secara definitif di salah satu seksi --Nota Dinas belum keluar-- tapi saya ga nganggur)
"Kenapa saya ga nyambung dengan obrolan mbak-mbak ini ya..?"
"Kenapa mereka ngomongin dibelakang kayak gitu?"

Semua-semua itu berakumulasi di kepala. Dan akhirnya malam ini semua pertahanan susah payah saya bangun itu runtuh. Saya mengerdil..

Lama.. dan baru saya tersadar. Beginning is always hard. Susah, tapi BISA!

"Bukankah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Bukankah ketegaran lebih indah dikenang pada akhirnya"
(mbak azimah)

*sebuah kelegaan setelah menulis semua ini*

Sudah tak bisa (dan tak mau) mundur lagi!

--thx to twunxcay yang menelpon malam tadi--
edited by me 30 Juni 2008 12:27 pm

Muphly Lummy*

Di wonosobo saya sekarang. Beruntunglah hidup di jaman ini yang bepergian jakarta-wonosobo bisa dilakukan dalam rentang waktu 'hanya' 10 jam (kalo jalanan ga terlalu rame) hingga 12 jam (plus bonus macet-macet).

Pulang ke rumah. Hanya untuk menjumpai sang Ibunda yang super itu. Eh, sekaligus transit sebelum berangkat dan memulai kehidupan baru di Semarang! (^^x)

Jadilah sejak Senin pukul 03:00 dini hari (jam segini saya sampai di wonosobo) hingga saat ini, berdua Ibu di rumah.

Ini cerita saya selama beberapa hari bersama Ibu.

[Ibu, Ayat-Ayat Cinta Dan Cadar]

Sudah baca novel Ayat-Ayat Cinta (AAC)? Sudah nonton pelemnya? Saya belum baca itu novel tapi kalau pelemnya sempat liat sedikit dari laptop mbak Choy ketika bertandang mengganggu ketentraman kost sang mbak di pjmi (^^x). Dari nonton yang sebentar itu --walau belum tau cerita versi novelnya-- saya berkali-kali protes 'Lho! Ngapain Fahri sama Maria berdua di pinggir Sungai Nil!' 'Lho! Kok Fahri nyentuh tangan Aisha!' 'Lho! Aisha pakai cadar tapi kok suaranya lembut merayu gitu!' dan 'Lho!' yang lain. Tapi karena pernah baca Behind The Scene nya AAC dan perjuangan keras sang sutradara untuk melaksanakan kata-kata sang ibunda "Kalau kamu sudah bisa buat film, buatlah film tentang agamamu", saya hargai anda pak sutradara.

Saya belum, apakah ibu saya sudah nonton ini film? Entahlah. Yang jelas beliau pernah menyebut-nyebut judul film ini.

Mencermati AAC, kesuksesan film ini --dan seperti biasa selalu terjadi di negeri ini ketika sesuatu tengah booming-- berbuntut dengan dibuatnya film ataupun sinetron ataupun segala hal berbau AAC. Terbukti, ada film Mengaku Rasul (MR) dan sinetron Munajah Cinta (MC). Teringat percakapan semalam antara Ibu dan Budhe saat kebetulan nonton MC di tempat Mbah Kakung.
"Jangan-jangan bentar lagi ada kerudung model khumaeroh (tokoh wanita di MC)" sang ibunda
"Emang udah ada" sang budhenda
Padahal sinetron itu baru tayang beberapa episode. Cepat sekali masyarakat merespon.
Apa kesamaan AAC, MR dan MC? Jilbab besar dan cadar.
Mengkorelasikan kecepatan respon dan kehebohan AAC-syndromme plus jilbab besar dan cadar. Maka pantas lah saya berharap masyarakat akan merespon cepat sang jilbab besar dan terlebih cadar sehingga tak lagi merasa 'ketakutan' pada muslimah yang mengenakan itu.

Inilah kawan, yang ingin saya ceritakan. Malam kemarin, saya bersama Ibu di kamar. Saya tengah menjajal bergo item pemberian orang tua murid tempat saya mengajar privat. Bagus, kata Ibunda. Lalu saya iseng berbuat sedemikian rupa sehingga si bergo itu menutupi pula separuh muka dari hidung. Saya bercadar! Hehe. Saya tunjukkan ke Ibu. Tahu apa kata beliau?
"Mbak, jangan pakai cadar ya, Ibu ga mau"
Saya hanya senyum-senyum saja. Dalam hati, 'ibu ada-ada aja'
'Ternyata kecepatan respon terhadap kebaikan tak secepat terhadap keburukan'.
Walau sebenarnya, sang ibunda memang bukan tipe orang yang gampang terbawa 'arus'.
Apakah saya hendak bercadar? Allahua'lam (^^x).
Kesimpulannya : sepertinya ibu saya belum nonton AAC. Hehe.


[Ibu, Dingin dan Es Krim]

Apa kata anda untuk orang yang makan es krim saat udara dingin? Hebat, mungkin? Atau malah, bodoh? Tafadhol, pilihan ada ditangan anda. Hehe. Ga penting ya (^^x).
Yang jelas saya ada di wonosobo saat ini. Sebuah kota berudara dingin. Secara gunung gini. Jadilah saya seorang yang 'anggun' (=anak nggunung, hehe). Dan tahukah? Saya baru nyadar dinginnya kota ini setelah sempat kuliah di jakarta. Hoho, badaknya. Tapi dinginnya ini yang saya suka : kalau mandi berasa sangat mandinya, secara airnya dingin gila. Hihi. Tapi saya suka. Pokoknya suka.

Sore hari ini saat suasana mulai petang Sang Ibunda pulang dari bekerja. Saya sudah siapkan segelas teh hangat tawar (gulanya abis soalnya) plus air hangat untuk beliau mandi. Ibu pulang hampir jam lima.
"Nih Ibu bawain jajan buat kamu" sambil meletakkan kantong plastik hitam beserta apa didalamnya diatas meja.
Saya buka lah.
"Es krim!" senyum lebaaaar ^______^
Es krim coklat stroberi yang langsung saya gasak beserta roti coklat.
Anda sebut apa orang seperti saya? Hehe.

*Terinspirasi dari Shel Silverstein, penulis 'Runny Babbit: A Billy Sook'

Untukmu, Air..

Orang yang terlihat paling tegar sebenarnya adalah orang yang paling membutuhkan bantuan

Apa klausul ini berlaku juga untukmu?
entahlah
yang pasti yang kulihat pada dirimu
tegar, namun pada saat yang sama, rapuh

Kukira aku memahamimu
kukira ceritamu berarti kau mempercayaiku
kukira kau merasakan kedekatan hati sepertiku
tapi teringat kata-katamu
kau tak akan pernah mempercayai persahabatan
"ga ada itu!"

Bagaimana dengan persaudaraan?
tetapkah kau tak percaya?
persaudaraan karena Allah
bertemu dan berpisah karena Allah
mencintai dan membenci karena Allah

Sedih
saat kau bilang kau sendirian
mungkin memang sepi
tapi kau tak pernah sendiri..
atau mungkin aku yang terlalu disibukkan dengan duniaku sendiri
hingga kau merasa sendiri

"Manusia bahagia bila ia mau membuka diri
untuk merasakan betapa ia dicintai"

"orang yang berani bukanlah orang yang tak punya rasa takut
tapi orang yang bisa mengatasi rasa takutnya"

Hidup ini adalah tentang menjadi berani
berani mencintai berarti berani kehilangan
berani bertemu berarti berani berpisah
mungkin kita tak akan merasakan sakitnya kehilangan ataupun beratnya perpisahan
tapi itu berarti kita tak akan merasakan indah pertemuan dan kecintaan

Dan yang terbaik,
semua karena Allah

----

For a sister who call herself "water"
afwan untuk membuatmu tak nyaman
afwan untuk membuatmu sendirian

Kau tau?
aku berkaca banyak darimu
tentang kemauan
tentang ketekunan
tentang keceriaan
tentang kemarahan
banyak hal darimu

tetaplah tegar
tetaplah bahagia

"... hanya Allah tujuan"

Semarang Aku Datang

Setelah tujuh bulan dalam pemagangan, SK Penempatan Laskar STAN 2007 keluar juga. Kata kawan-kawan, secara psikologis kita semua ga siap untuk penempatan hari ini (kamis 19 juni kemarin). Secara.. gosip-gosip penempatan sudah mulai tak terdengar sejak akhir mei lalu. Dan ternyata, keluarlah sang SK itu. Ga ada itu firasat-firasat (saya lho).

Ceritanya gini :
Pukul 09.00-an sambil ngantuk-ngantuk saya ngerjain tugas saya, membuat pengantar SPT yang sudah direkam untuk dilempar ke ruang arsip. Di sebelah saya, Fajar, merekam SPT sembari buka mIRC+kepegawaian+frienster plus blog di intranet (atau kebalik ya? Hehe). Tiba-tiba itu orang terpekik "Q! SK penempatan!"
Panik lah dia, mana loadingnya lama.
Orang-orang di seksi PDI tempat kita magang yang mendengar pekikan-pekikan Fajar mendekati meja kita berdua. Bertanya-tanya mungkin. Orang satu seksi mendekat semua! Rame.
"Kirain ada apa, fajar teriak-teriak gitu, ternyata penempatan to"
"Q2 dapet mana?"
"Belum tahu bu, ni lagi diliatin"
Saya sibuk menjawab pertanyaan ibu-ibu, bapak-bapak.. Sementara sang teman itu sibuk buka-buka SK sambil telfon dan teriak-teriak kecil (?) "Gue gemetar..! Gue dimana ni?"
"Udah Jar, ctrl+F aja!" saran seorang ibu, sepertinya beliau jadi ga sabar melihat si Fajar yang panik-panik itu.
"Q2 dimana?"
"Fajar dimana?"
"Bagus?"
Wuih..

Riweuh.
Kantuk yang tadi sempat menyerang sudah kabur entah kemana.
Akhirnya..

Jadi gini, ada tujuh magang-ers di kantor ini. Dua orang dari spes Akuntansi, lima dari Administrasi Perpajakan. DIII semua.
Saya di KPP Madya Semarang, Fajar di KPP Palangkaraya, Unggul di Bandar Lampung, Akhfa di Pontianak, Akmal di Pratama Binjai (Bintaro Jaia, hehe, bukan dinx), Bagus dan Anif di Timika.

Bermacam-macam reaksi. Ya, hanya ada dua pilihan : ikhlas menerima penempatan atau belajar untuk ikhlas. Kalau susah, belajar menerima yuk, toh, SK penempatan ga bisa berubah. Kecuali ada force majeur kali ya ^.^
Jangan pernah membatasi diri dengan memaksakan apa yang seharusnya menurut kita. Lagipula, sebenarnya kita tidak benar-benar tahu apa yang terbaik untuk kita. Allah tahu. Rencana Allah pasti indah.

Untuk yang penempatan di nun jauh sana, mungkin tak ada guna saya ngomong seperti ini, tapi, percayalah, andalah orang terpilih itu. Mungkin dengan ini Allah sedang memulai mengubah anda yang tadinya kuningan menjadi emas.

Ada kalimat bagus yang saya baca di forum DSH,
"Hilangkan syarat kesyukuran, maka bersyukur akan menjadi lebih melegakan"

Alhamdulillah. InsyaAllah ini yang terbaik.

Sudah saya telfon ibu (supermum), mbak Iin, mbak Ita, nduk Liyux, bulik yang baru sembuh dari Cikungunya, Petta (eh, Petta yang telfon dinx). Terus ditelfon sama Retno (heran, kabar penempatan cepet banget sampai di anak-anak BPK), Qistwunx, Hegar di Jogja, Hastin di Semarang, mbak Iin, mas Amin. Di sms Arif_kanewt, Asep, Husein, Mb Elis, Ratih_tDO, Sandhi, tata..

Terima kasih
*yang ga kesebut afwan*

Semarang!
Hingga dua tahun kedepan.
InsyaAllah

Inginku - Benci

orang-orang bergerak
bertarung dengan kesibukan masing-masing
dan aku?
hanya disini

benci

kau sibuk mencela
meributkan yang katanya hakmu
harusnya kau bisa dapat lebih besar
katamu
sementara aku repot dengan pikiranku sendiri
inginku meningkatkan kapasitas diri
hoi!
aku disini!
Tidakkah terlihat oleh kalian?

benci

benci

menyingkir pilihku

tahukah apa yang terlihat olehku saat ini?

Langit luas

oke
tempatku disini
mungkin belum saatnya aku unjuk diri
tapi kuyakin aku berarti

iyakah?

ketika kecerobohan bertemu dengan ketidakjujuran

Pernahkah anda berpikir apa yang akan terjadi apabila kecerobohan ‘dipertemukan’ secara tidak sengaja dengan ketidakjujuran? Yang saya maksud ini adalah kecerobohan dan ketidakjujuran yang masing-masing berdiri sebagai entitas yang mandiri. Tentunya bukan pertemuan yang mengharu biru yang akan dihasilkan dari pertemuan tersebut. Bukan pula pertemuan dramatis layaknya seorang anak dan orang tua yang terpisah sejak lama.

Ada sebuah rumusan sederhana yang tentang ini,

kecerobohan + ketidak jujuran = menyesakkan

Kebenaran rumusan ini sudah saya buktikan sore kemarin. Sungguh menyesakkan ketika potensi kecerobohan yang ada dalam diri saya dipaksa bertemu dengan ketidakjujuran seorang sopir angkot. Kecerobohanlah yang membuat saya membayar ongkos yang harusnya Rp2.000,00 saja menjadi Rp6.000,00. Saat itu saya membayar dengan menggunakan selembar uang kertas Rp5.000,00 lusuh dan dua keping logam Rp500,00. Kok bisa? Bisa. Karena saya mengira uang lima-ribuan itu adalah selembar uang Rp1.000,00! Dan parahnya sang sopir angkot tersebut membiarkan saja. Entah karena tidak menyadarinya atau justru bersorak gembira atas kebodohan seorang penumpangnya.

Menyesakkan kala itu..

*Sekarang sih udah biasa aja ^^


tabayyun..

Hari ini membuka sebuah forum diskusi. Tetap bersikukuh untuk tidak ikut masuk didalamnya. Saya buka forum bertajuk –IPTEK–. Terlihat sebuah topik yang menarik perhatian saya.

Topik: Amerika pernah gak sih ke Bulan?
(Wedew.. ketahuan deh forum apa yang saya maksud ^^)

Ramai. Diskusi sudah berjalan hingga 16 halaman! Saya lihat tanggal dimulainya topik ini, 21 Januari 2008. Saya klik juga halaman ke-16 nya, 30 mei 2008, sodara-sodara! Panjaaaa…ng dan Laaaaa..ma..

Mencermati .
Ada yang pro, ada yang kontra. Yang kontra bilang, kalau Amerika sudah pernah mendaratkan astronotnya ke bulan pada tahun 60-an harusnya hingga tahun 2008 sekarang ini Amerika sudah bisa melakukannya berkali-kali atau minimal dibuatlah stasiun penelitian di bulan sono. Yang pro bilang, buat apa berkali-kali ke bulan, ga ekonomis, butuh biaya banyak (fyi, konon Amerika menghabiskan hingga $100 juta untuk proyek ke bulan itu), lagipula tujuan Amerika mendarat ke bulan saat itu kan untuk mengalahkan dominasi Soviet di luar angkasa, tujuan sudah tercapai kala itu, buat apa lagi?
Keren lah diskusi ini, bahasa-bahasa ilmiah berhamburan di sana-sini. Walau ga semuanya saya ngerti. Om Futakuokanaba lah jagoannya. Lebih lengkapnya masuk saja ke http://10.254.4.4/ ^^

Bukan. Saya bukan mau membahas ataupun menyimpulkan kebenaran tentang pendaratan Amerika ini. (Omong-omong tentang ini, saya juga punya buku berjudul Manusia Tidak Pernah Mendarat di Bulan terbitan Grasindo, saya beli tiga tahun lalu di Sekretariat HIMAS STAN, dulu juga pernah dibedah di G103, tapi siapa si pembedahnya saya kurang tahu –keabisan tiket pas mau ikutan acara bedah buku ini–. Ups! OOT-nya panjang bener..)

Sebuah hal menarik yang saya temukan dari diskusi panjang itu (plus satu topik diskusi bertajuk HOAX) adalah sebuah kesadaran akan kedunguan saya selama ini. Dan sebuah pengakuan akan kebenaran surat cinta-NYA. (Catet: NYA! bukan nya!)

Kedunguan yang saya atau mungkin pernah anda-anda lakukan: terjebak berita-berita yang beredar di Internet! Ingat sms merah? Ingat celebrity taxi? Ingat wahana tornado di dufan yang (katanya) memakan korban? Kota manokwari akan dijadikan kota injil? Betapa mudah ya membuat hidup orang lain menjadi tak tenang. Hanya dengan membuat sebuah berita-bohong-yang-dikemas-agar-terlihat-ilmiah dan menyebarkannya melalui email, buletin FS ataupun sms. Jangan-jangan saya, anda, kita secara sengaja-tak-sengaja (entah memang ga tau atau pura-pura ga tahu) ‘berperan aktif’ menyukseskan penyebaran HOAX itu? Teringatlah saya pada sebuah baris surat cinta-NYA yang saya dapatkan di sebuah forum cinta: Al Hujurat 6!

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”

Ternyata kuncinya adalah : tabayyun! Konfirmasi kawan.. Jangan asal percaya kabar-kabar yang datang pada kita. Cek terlebih dulu. Apalagi untuk berita-berita rawan yang menyangkut orang lain.

Kalau kata om futakuokanaba “Cari aja sumber validnya dulu, agar bisa mempercayai atau tidak mempercayai sesuatu”.

Jadi, kalau anda menerima forward-an email entah itu emailDJP (hehe), email di yahoo! ataupun message di friendster. Baca baik-baik, teliti apakah isinya masuk akal, setelah anda yakin, baru teruskan pada kawan anda. Agar tak membuat hidup kawan anda menjadi tak tenang. Hehe.

Sekian! ^^


*Buat Futakuokanaba, afwan mengutip tanpa permisi.

Masing-masing Sesuai Kapasitas

Sore tadi saya membaca sebuah tulisan di blog berlabel Nyus Blok (nama yang aneh, hehe). Pak SBY terbatuk-batuk dalam pidato beliau di acara pertemuan dengan dokter-dokter apalah, saya lupa. Beliau bertutur, tidak bisa tidur karena banyak pikiran sejak BBM naik. Kata beliau, mencari-cari solusi atas permasalahan ini. Seketika terbayang wajah beliau yang tak sesegar dulu ketika pertama kali muncul dan menjadi presiden, sekarang kantung mata terlihat menghias mata beliau menampakkan kelelahan.

Di Suara Anda Metro TV malam ini, seorang Bapak dari Semarang berkata berapi-api mengomentari sebuah aksi mahasiswa di Palu yang berujung bentrok dengan aparat,

“Mahasiswa itu mbo ya nggak usah sok pahlawan begitu, rakyat itu semua menerima kenaikan BBM kok, mereka itu sekolahnya mahal-mahal tapi kerjaannya demo aja, bikin pusing, nyari rejeki jadi susah... Mahasiswa mbo kasih contoh yang baik..”
(dengan beberapa perubahan, sesuai ingatan saya)

Mungkin Pak SBY bisa sedikit tersenyum jika mendengar suara salah seorang rakyatnya itu.

Hmm.. dan media harusnya memang proporsional dalam pemberitaan ya. Selalu ada dua sisi dalam setiap hal. Pun kenaikan BBM ini, ada kontra, pastinya ada yang pro juga.

Merenung, Capek kali ya duduk di pemerintahan jaman sekarang ini. Ada masalah apapun selalu jadi pihak sasaran hujatan. Memang si, pemerintah harus bertanggung jawab atas rakyatnya. Tapi apa semuanya harus dilempar ke pemerintah? Apa semuanya memang kesalahan pemerintah? Dalam lingkup publik, mungkin memang tanggung jawab terbesar ada pada pemerintah. Tapi.. bukannya tiap orang harusnya juga bertanggung jawab atas dirinya? Keluarga harus bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Masyarakat atas anggota masyarakat. Tiap komponen punya tanggung jawab untuk bergerak, berperan sesuai dengan kapasitasnya. Dimanapun posisi kita harus melakukan yang terbaik yang kita bisa. Teringat kata-kata seorang dosen “harusnya pemerintah punya blueprint Indonesia untuk beberapa puluh tahun mendatang. Cetak biru yang harus dilaksanakan oleh siapapun yang jadi presidennya.” Yang ada sekarang saing-saingan untuk duduk di kursi ‘panas’ presiden.

Hhh.. merindukan suasana kehidupan sosial seperti cerita-cerita kehidupan di jaman manusia agung dan para sahabatnya yang kerap saya dengar..

Efektif - Sebuah Tanda Tanya

Beberapa hari lalu membaca tabloid Civitas punya teman sekamar. Sebuah kolom kecil di pojok kiri bawah. Lapak Fogging. Seketika teringat perbincangan dengan seorang teman yang sempat menumpang tidur di kost-an karena ditinggal sang suami mengejar orang utan ke Pontianak.

“Anak bengkel mau ngadain Lapak Fogging” katanya sambil melempar sebuah amplop panjang warna putih ke tempat tidur.

Saya menjangkau amplop itu. Saya buka.

“Ga efektif. Fogging itu kan butuh dana besar. Kalau tempatnya ga dibersihin ya nyamuknya bakalan balik lagi!..”

“Emang sudah ada penghuni lapak yang terkena DB (Demam Berdarah) ya?”

“Ada beberapa”

“Sekalian saja bersihkan lapaknya”

Sang kawan memandang dengan tatapan tak percaya pada saya.

Hening.

Lapak yang saya maksud ini adalah sebuah komunitas pemulung di dekat Kampus sebuah Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) di lingkungan Departemen Keuangan. Kami —makhluk-makhluk Kampus— terbiasa menyebutnya Lapak Sarmili. Dan yang namanya Lapak Pemulung, ya isinya pasti sampah to ya. Kalau lapaknya dibersihkan sama artinya dengan ‘memusnahkan’ tempat tinggal dan sumber penghidupan mereka —para pemulung itu—. Mengertilah saya arti tatapan aneh sang teman.

Dan sekarang, lepas dari kontroversi efektif-ga-efektif-nya, kegiatan Lapak Fogging itu sudah terlaksana. Saya pribadi berharap semoga kegiatan tersebut bermanfaat. Yang tersisa di benak saya sekarang adalah sebuah tanda tanya besar. Haruskah tidak melakukan sesuatu yang tidak efektif? Ataukah ketika melakukan sesuatu kita harus membuat sebuah rencana sedetail mungkin hingga tak ada satupun detail yang terlewatkan? Apakah baru boleh melakukan sesuatu ketika semua persiapan telah lengkap mempertimbangkan semua kemungkinan-kemungkinan positif dan negatifnya? (Ups, ternyata bukan hanya satu tanda tanya n_n) Kalau begini caranya, kapan geraknya? Kesempurnaan itu susah, bung!

Teringat lapak. Teringat sebuah acara kecil yang pernah kami —saya dan teman-teman Ats Tsabat Muslim Improvement— buat untuk anak-anak lapak. Rekreasi di kawasan Situgintung.

Sang donatur kala itu berkata,
“Untuk kali ini tolong buat acara yang punya efek jangka panjang, jangan cuma makan-makan dan senang-senang”

Kami memeras otak (ffiuhh, jadi wajar saja kalau sekarang agak bebal karena otak sudah diperas kala itu). Jadilah sebuah acara rekreasi sederhana dengan sebuah tujuan: mendorong mereka untuk berani bercita-cita! Hasilnya (menurut penuturan teman-teman, karena saya tidak di lokasi ketika hari-H) mereka berani bercita-cita tak peduli keterbatasan hidup yang mereka hadapi. Bermacam cita-cita, ada yang ingin jadi dokter, guru, sampai artis. Yang terakhir ini yang bikin miris. Apakah kegiatan ini benar-benar mempunyai efek jangka panjang? Saya tak tahu. Butuh waktu lama untuk bisa membuktikan hal ini. Mungkin suatu saat akan saya lihat hasilnya. Atau mungkin tidak sama sekali.

Dan tentang tanda tanya itu. Saya masih tak mengerti. Yang saya tahu hanya, saya akan bergerak jika ingin bergerak. Entah itu akan efektif atau tidak pada akhirnya.

Is there anybody can help me?

Adakah yang bisa menolong saya?
Barusan, seperti biasa, ngebuka friendster dari hp 3230 saya.
Tapi kok tampilannya beda ya? Simple banget. Yang muncul di halaman home cuma dikit, berapa baris doang. Satu halaman cuma 0 sampe 2kB!
Saya buka2 lagi, ternyata friendster emang bikin versi mobile yang tampilannya beda sama yang di desktop browser. Alasannya untuk mempermudah karena ga semua hp support untuk tampilan macam desktop browser.
Iya sih cost nya jadi lebih murah. Tapi... ga nyaman! Gimana cara ngebalikin ke tampilan a la desktop browser ya?
Dari tadi nyari-nyari tulisan "change to.." tapi ga nemu juga!

Lelahkah?

Ketika jiwa mulai lelah menapaki jalan-Nya
ketika seringkali mengeluh, merasa terbebani oleh tugas mulia
padahal tiada kesakitan dan kelelahan yang diderita seorang hamba melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya
beginilah da'wah
dan kau lelah?
TIDAK.. Semangatlah!!!
Sebab penghentian kita bukanlah di dunia
Sebab istirahat kita hanya di jannah-Nya (amin..)
Sebab musuh-musuh Allah takkan puas sebelum Dien ini padam cahayanya
Sebab jika bukan engkau,
siapa lagi yang kan mengembalikan binar kemenangan di masa silam?
Ya, inilah da'wah
Jika kau lelah,
berhentilah,
tapi tidak berlama-lama
Tapi tidak berleha-leha

"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah"
(Q.S. Al An'am 6:163)

***

Refleksi tiga tahun hijrahku,
sudahkah aku tarbiyah?
Sebuah kerinduan akan kehangatan, keikhlasan, ketegaran komunitas cahaya

Jangan Sembarangan!

Anda kira saya tidak mengerti?
Jangan anggap remeh wanita, Bung!
Saya bahkan tahu apa maksud anda, bahkan sebelum anda bicara!
Jangan kira saya senang dengan pujian itu, justru saya merasa terhina.
Saya tahu anda hanya berusaha saja, tapi segalanya ada caranya.
Jalurnya sudah jelas.
Anda faham maksud saya?

Better to Love

Menikah dg orang yang kita cintai adalah sebuah kemungkinan
tapi mencintai orang yang kita nikahi adalah suatu keharusan

...

Tulisan ini bukan tentang menikah kok. Pernah dengar kalimat diatas kan? Andai kita ganti kata "menikah" dengan "bekerja" gimana jadinya? Gini kali ya : Bekerja di bidang yg kita cintai adalah sebuah kemungkinan, tapi mencintai bidang dimana kita bekerja adalah suatu keharusan. Bisa kan ya?

Hmm.. Berpikir.. Berpikir.. Mungkin inilah yang harusnya saya lakukan dari dulu. Daripada semua keluhan yang sempat terlontar karena merasa "diceburkan secara paksa" di tempat kerja sekarang ini. Daripada semua keterpaksaan karena merasa bukan berada di bidang yang saya minati. Daripada ketidaksyukuran atas semua yang telah, sedang dan akan terjadi. Kenapa tak mencoba mencintai pekerjaan ini saja..?

Ok, i'm trying

Rindu Ini

Aku merindukan "pemberontakan"
(sms saya pada seorang teman siang tadi)

Kepenatan kembali menyeruak,
Tak mau..

1 new message :
Pemberontakan spt apa?

Deg!
Seketika tersadar,
pemberontakan seperti apa yang kurindukan?
Saya memilih tak membalas sms itu,
bukan karena tersinggung atau tak punya pulsa
tapi karena saya pun tak bisa menjelaskan apa yang saya rindukan

Sms yang hanya 160 karakter itu tentu tak cukup menggambarkan
bahwa saya rindu saat-saat ketika bisa 'bergerak' sesuka saya,
Saat bisa 'melawan' apa yang tak saya suka,
saat..


hhh..

anda bingung?

Saya juga..

Piss n_n


i'll home..

Rencana berhasil saudara-saudara!
Maka dengan senang hati saya katakan,
besok saya akan pulang kampuang.. n_n

masuk kantor lagi..

Setelah dua bulan sepuluh hari diklat
akhirnya harus masuk kantor lagi,
penasaran
apa yang akan kuhadapi esok hari?
akankah disambut dengan kompre dari bapak kasie pdi?
sebuah rencana dikepala,
hihihi,
berhasilkah?
nantikan liputan selanjutnya n_n

Gagas Pidana Islam!

Menggagas Hukum Pidana Islam (Penerapan Syariat Islam dalam Konteks Modernitas) karya Topo Santoso, SH., MH.

Siapa sangka saya menemukan buku ini di... ITC Cipulir. Diskon besar-besaran TB Gunung Agung di sudut lantai 3 ITC ini Februari lalu. Asli! Terpencil dari hiruk-pikuk keramaian orang-orang (kaum wanita, mayoritas) berburu pakaian, tas dan sebagainya! (actually, i was the part of it). Dan tahukah berapa rupiah saya harus menebus buku ini? Delapan-ribu-rupiah-saja! Harga murah untuk sebuah pengetahuan.

Niatan awal membeli buku ini.. Simpel. Hanya sebuah ketertarikan akan hukum islam. Selama ini bingung dengan ramainya pendapat orang tentang hukum islam. Dibilang kuno-lah, sadis-lah.. Saya harus membuktikannya sendiri!

Then, saya memang belum membaca buku ini sampai selesai, hehe, baru Bab 1 - Pendahuluan ^^. Insya Allah, next time saat telah melahap habis buku ini, saya akan bercerita. Sementara saya kutipkan sebagian ya :
"Ada dua kelompok besar yang berbeda yang memegang pendapat bahwa sistem hukum Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Kelompok pertama, mereka yang tidak punya pengetahuan baik hukum Islam maupun hukum modern. Sementara kelompok yang kedua mengenal hukum modern tetaapi tidak tahu apa-apa tentang hukum Islam. Dengan kata lain, kedua kelompok tersebut tidak berkompeten untuk membuat suatu komentar terhadap hukum Islam, sebab mereka sama sekali tidak mengerti. Anda tidak dapat dengan jelas menilai sesuatu yang anda tidak mengerti sama sekali"

hmm..

baca! Minimal 1 buku diluar bidang keahlian kita per bulan. *menyemangati diri sendiri*

Aku Cemburu!

Ini bukan artikel bedah lagu Dewa. Sama sekali bukan.
Malu sebenarnya mengakui ini. Awalnya saya mati-matian menahan rasa ini. Tapi.. Saya (ternyata) benar-benar cemburu! Saat ia tak lagi sesering dulu menghubungi saya.. Saat ia semakin jarang meng-sms saya.. Saya kami tak bisa lagi sering bertemu..
Akhirnya, saya lah yang mencoba menawarkan lagi kedekatan seperti dulu. Memulai sms, telepon, mengajak bertemu. Tapi ternyata semuanya tak lagi sama seperti dulu!
Karena ia tak lagi milikku...

*teruntuk saudari yang telah menemukan Sang Penjaga Benteng (kau bukan lagi milikku.. Huhu.. T_T)

*ketika dengan penuh lugu bertanya pada murobbi "apakah seseorang tak lagi punya hak atas temannya ketika sang teman telah menikah?".
Inilah hidup, nak. Pasti ada perubahan.

*Perubahan dalam hidup adalah sebuah kepastian. Change is the law of life, kata John Fitzgerald Kennedy.

Berbahagialah

Berbahagialah
masa lalu sudah mati
hari ini hari kita
dan besok adalah harapan cerah yang tidak perlu dicampurkan dengan kegundahan dan kesalahan masa lalu kita

*diambil dari sebuah buku yang entah saya lupa judulnya

Saatnya menatap tegak KE DEPAN!
Smangadz!





Batman & Robin

Batman. Superhero paling manusiawi menurut saya. Ga bisa terbang ataupun punya kekuatan super. Semua fasilitas penunjang ke-superhero-annya adalah alat-alat canggih buatan manusia.
Film batman favorit saya : Batman & Robin. Oiya! Saya inget! Pertama kali nonton film ini di bioskop bareng ibu dan saudara perempuan saya, pas jaman SD dulu! Terakhir semalam, diputer ulang di Trans TV untuk kesekiankalinya. Favorit karena bertabur bintang! Ada George Clooney, Chris O' Donnel, Alicia Silverstone, Arnold sang binaragawan (hehe, ribet euy nulis namanya), Uma Thurman. Bejibun! Ceritanya si standar kayak cerita superhero lain, tapi dialognya bagus. Banyak dialog-dialog bermakna indah (^^).
"Tidak semua pahlawan bertopeng" Dialog Bruce Wayne dengan Uncle Alfred. Alfred inilah orang di balik layar, penunjang ke-superhero-an batman dan robin.
"Kadang mengandalkan yang lain adalah cara untuk menang" Robin.
Ada masalah dalam hubungan dua tokoh super di film ini, Batman dan Robin. Mungkin karena perbedaan usia dan karakter. Batman alias Bruce Wayne merasa Robin (duwh, saya kok ga tau nama asli Robin) terlalu bersemangat dan cenderung tidak berpikir panjang saat beraksi. Dan Robin merasa batman tidak pernah mempercayainya sebagai partner (puncaknya saat Batman 'meninggalkan' Robin dan berhasil menangkap Mr Freeze).
Mr Freeze sang antagonis pun sebenarnya melakukan kejahatan untuk menyelamatkan istrinya yang terkena Syndrome McGregor. Mengharukan.
Antagonis satunya, Poison Ivy alias Pamela Isley. Ilmuwan. Pecinta lingkungan sangat, kecintaan yang berley (berlebihan maksudnya ^^), sampai-sampai memilih menyelamatkan alam sekalipun manusia harus mati karenanya. Kata Bruce Wayne saat Isley memintanya untuk 'menyelamatkan' mother nature : "Selamatkan juga manusia" (lupa tepatnya seperti apa, tapi intinya selain menyelamatkan alam juga jangan lupakan keselamatan manusia).
Yang ga saya suka, dan ini selalu ada di film-film hollywood (dan belakangan film-film Indonesia pun ikut-ikutan!). Adegan ciuman! Walaupun emang disensor si.. Tapi tetep aja mengganggu, kalau kata saya.
Ini hanya komen subjektif saya, anda boleh tidak bersepakat ^^






Hari Ketika Saya Terprovokasi..

Saya terprovokasi!
Satu hari kemarin. Saat seorang dengan kredibilitas yang tidak perlu diragukan berkata : ubah paradigma kalian bahwa penempatan di luar jawa dan jakarta berarti TERBUANG.
Seisi kelas tersihir.
Harusnya kepegawaian (DJP, pen) berani membuat gebrakan, tempatkan lulusan terbaik STAN di papua! Dan untuk peringkat bawah-bawah tempatkan di.. (saya membatin, jakarta? Tapi ternyata beliau melanjutkan) tempat yang lebih jauh lagi! Hohoho.
Sungguh, saya terprovokasi dengan kalimat-kalimat berikutnya.
"Orang-orang yang ditempatkan di luar jawa biasanya memiliki kemampuan survive lebih tinggi!"
"... pengalaman bekerja di luar jawa adalah pengalaman besar untuk hidup..."
"Jangan sampai kalian masuk kantor hanya menggantikan orang-orang lama yang pensiun, tapi sebenarnya tidak ada bedanya karena pola pikir kalian : lama!"

Luar jawa..
Mulai merasa bukanlah masalah ditempatkan disana. Saya iya, tapi keluarga..? (Ibu, saudara-saudara perempuan saya, maksudnya).
Yasudah, tinggal tunggu pengumuman penempatan aja. Gitu aja kok repot!

Semangadz menanti penempatan!

Antara Bersyukur dan Sakit Hati

Pernahkah anda dikritik?
Saya, dalam kondisi normal bisa berkata "Apa masalahnya dikritik? Sepanjang itu kritik membangun. Harusnya malah bersyukur ada yang mengingatkan..". Catatan : disini posisi saya bukanlah sang objek kritik.
Namun ternyata segalanya berbeda saat berada dalam posisi 'kritikan' (maksudnya, the person yang dikritik, hehe kritikan=temennya komunikan). Ketika kita dikritik -- entah sejujur atau sebenar apapun kritikan itu, disampaikan dengan cara halus pun -- ada kalanya timbul sakit hati.

Jika seperti ini kondisinya, siapa yang salah? Sang pengkritik atau yang dikritik? Tak perlu lah kita cari siapa yang salah. Berkhusnudzonlah pada sang pengkritik, bahwa ia mengkritik kita dengan penuh cinta. Dan sakit hati itu, tak perlulah dibesar-besarkan. Kebenaran ada kalanya menyakitkan. Tapi memang harus dikatakan.
Smangadz!

Calo, Kereta dan Pulang (part one)

Everything's changing. Libur empat hari yg dulunya (saat saya masih berstatus mahasiswa) terasa singkat dan tidak mungkin dipakai untuk pulang kampuang, nyatanya sekarang (setelah berstatus calon CPNS) terasa cukup lama hingga saya memutuskan pulang k wonosobo. Ini tentang libur tgl 20 s.d. 22 maret 2008 tempo hari. Saya pulang!


Berbeda dg kepulangan-kepulangan saya yang biasanya dari lebak bulus dengan bus Sinar Jaya, kali kemarin saya naik kereta! Bareng-bareng teman seper-diklat-an di slipi, kita naik kereta ekonomi Bengawan(secara, lebih murah ^^) dari stasiun Tanah Abang.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk : ga dapet tempat duduk, diputuskan beli tiket dari calo! Harga lebih mahal, Rp50.000 dari harga normal yang Rp38.000. Hikz! Semoga tidak makin menyuburkan praktik percaloan..) Ba'da maghrib kumpul di halte depan pusdiklat. Kemudian melaju lah ke stasiun dengan Kopaja 16. Berlima. Ups! Ternyata kita lupa tidak memperhitungkan satu hal : jalanan macet! Secara, menjelang libur, tentunya para migran (hehe, istilahnya) di jakarta meluncur ke kampung masing-masing. Kopaja melaju perlahan.. perlahan.. perlahan.. sampai akhirnya totally-mandeg (boso opo to iki? Hehe).
Akhirnya diputuskan untuk jalan kaki. Bayangpun! Dari sekitar Mess Pemprov Riau sampe Tanah Abang! Sebenernya sempat ditawari untuk naek ojek, tapi ga usah lah, masih kuat ini. Semangadz!
Sampai di Stasiun Tanah Abang. Ternyata kita telat banget, dan tahukah... sang calo mengkhianati kita! Tiket yang harusnya jatah kita dijual ke orang lain (udah calo, khianat pula, dasarr..). Yasudahlah, ngantri tiket di loket. Tinggal tiket berdiri ternyata sodara-sodara sebangsa setanah air..! Oke, gapapa, jadi jalan kaki tadi adalah pemanasan sebelum berdiri sampai besok pagi..
Tiket sudah ditangan. Berlima masuk ke peron. Sempat dihadang sama bapak sang penjaga, dimarahin, "kereta penuh banget ga ada tempat lagi pulang aja tunggu kereta besok pagi". Nekat. Kita tetep turun k peron. Disambut dengan teriakan-teriakan pedagang asongan, "belakang kosong!". Spontan kita bergegas k gerbong belakang. Ternyata.. penuh sangat! Sampai gerbong paling belakang! Ga bisa masuk, beneran! Kosong dari Hongkong. Tapi bener juga kata abang asongan itu, belakang emang kosong, belakang gerbong paling belakang maksudnya. He_
Waaa..! Terancam ga bisa pulang..

**
(to be continued yeah..)



template berujung bencana

oh no...
gara-gara ganti template
saya harus merelakan shoutbox -- dan elemen-elemen lainnya yang pernah saya buat-- menghilang...

Iklan! (hehe ^^)



Ini undangan walimah..



Tapi bukan undangan walimah saya (hoho, ketipu ya ^^)
Saya buat ini karena permintaan teman deket-sedeket-deketnya yang menikah 29 Februari 2008.

Buat Retno dan akh Fajar (eks sekretaris HIMAS STAN memang keren! hehe, narsiso):
Barakallahu laka wa baroka 'alaika
Wa jama'a baina kuma fi khoir
Semoga surga yang selalu menjadi arah tuju..


Anda berminat juga dengan desain buatan saya?
Harga nego
^^
Semangadz!




Karena dan Karena

Ada yang tahu apa yang menginspirasi Kang Habib (Habiburrahman El Shirazi, pen) menulis Ketika Cinta Bertasbih? Jujur saya bukan penggemar novel beliau. Tapi cerita ini tak sengaja saya dengar langsung dari mulut sang penulis, langsung-tanpa-distorsi! (Insya Allah saya ga ada gangguan pendengaran, hehe =). Saat itu saya sedang berada di TB G*a di Salah satu plaza di daerah Bintaro. Secara tak terduga tiba-tiba ada pemberitahuan dari pihak TB tersebut mengumumkan pada pengunjung bahwa sesaat lagi akan ada bedah buku Ketika Cinta Bertasbih, langsung oleh sang penulisnya. Saya biasa saja. Tidak terlalu antusias, karena memang belum pernah membaca novel tersebut.

Pukul tiga sore MC membuka acara bed-buk, seorang bapak separo baya berwajah kebapakan muncul di panggung bersama seorang moderator dari pihak G*a. Beliau pasti Kang Habib itu (yang berwajah kebapakan itu). Acara mulai. Para pengunjung TB ramai mengerumuni space yang digunakan untuk acara bed-buk. Beberapa membawa novel karya sang bapak, untuk minta tanda tangan beliau sepertinya. Saya memang tidak mengikuti acara sampai selesai tapi kata-kata bapak itu saat awal acara bed-buk -- ketika menceritakan dari mana beliau memperoleh inspirasi novel itu – menempel di memori saya.

Ini ceritanya :



Ada seorang mahasiswa, betah kuliah sampai bertahun-tahun. Ketika ditanya kenapa belum lulus juga. Jawaban sang mahasiswa itu mengejutkan. Alasan ke-belum-lulus-an-nya bukan karena nilainya kurang atau alasan akademik lainnya. Tapi karena.. ketakutan akan konsekuensi kelulusan. Ia takut karena ketika lulus dan diwisuda maka ia tak lagi berstatus mahasiswa. Takut karena ketika ia bukan lagi mahasiswa maka ia harus turun ke masyarakat, ia harus mencari kerja, ia tak bisa lagi tetap nyaman untuk meminta uang saku pada orang tua seperti ketika masih menjadi mahasiswa.

Seringkali muncul ketakutan ketika harus meninggalkan comfort zone..

Tapi itu bukanlah sebuah alasan pembenaran kan?

Karena kampus adalah tempat pelatihan sebelum turun ke medan pertempuran yang sebenarnya.

Karena pertempuran yang sebenarnya tak akan terjadi di tempat latihan.

***

Ketika tersadar bahwa mau-tak-mau aku memang harus keluar dari zona nyaman, di masyarakat lah pertempuran yang sebenarnya. Di kantor juga ^^,

Ganbatte Kudasai!

Hamasah!

Smangadddzzzz!

Bismillah..

Pe-Er dari Tegre

Berawal dari sebuah comment dari seorang berinisial t-i-g-g-e-r yang memaksa saya membuka blog beliau di www.semangka-punya.blogspot.com. Sebuah PR menanti saya ternyata.
1. Each blogger must post these rules
2. Each blogger starts with eight random facts/habits about themselves
3. Bloggers that are tagged need to write on their own blog about their eight things and post these rules. At the end of your blog, you need to choose eight people to get tagged and list their names.
4. Don’t forget to leave them a comment telling them thev’ve been tagged and to read ur blog.

delapantentangsaya

satu.
Tempat yang selalu ingin saya datangi dari jaman sekolah dulu : Boscha dan Planetarium.




dua.
Saya suka banget baca. Pas saya kecil Ibu langganan majalah Bobo buat anak-anak beliau. Saat itu dari ketiga anak beliau -- dua kakak perempuan saya sudah bisa membaca – hanya saya yang belum bisa membaca, alhasil setiap kali saya selalu menyodorkan majalah Bobo dan dengan polosnya minta dibacain. Ketika akhirnya bisa membaca, terpuaskan sudah hasrat itu, dan bersyukurlah Ibu saya yang tidak lagi direpotkan oleh saya ^^. Kegemaran itu berlanjut sampai sekarang, kata seorang kakak kelas pas jaman kuliah, ‘dimana-mana ngeliat kamu pasti lagi baca buku’ hehe.

tiga.
Suka olahraga. Saya berbakat di bidang ini, menurut saya, hehe. Pas jaman SD saya suka lompat tali (ini olahraga kan ^^), kasti, lari. Jaman SMP saya ikut klub basket (payahnya saya kurang konsisten ikut latihan dan suka ngabur kalau disuruh ikut pertandingan, jadi selama gabung dalam tim basket putri SMP saya cuman satu kali diturunkan dalam pertandingan dan itupun hanya beberapa menit ^^), pas SMP sering dipuji sama guru olahraga saya hehe (rekor lompat jauh saya 3,6 meter – buat saya ini udah jauh lah). SMA saya ikut karate (dua kali berangkat latihan abis itu kabur hehe) dan klub basket juga. Jaman kuliah saya ikut taekwondo (satu kali ikut kejuaraan dan kalah telak dengan skor 7-0. selamat! ^^)

empat.
Senang berdialog dalam pikiran. Beneran. Tapi karena dialognya cuman dalam pikiran saya, jadinya seringkali dianggap pendiam sama orang-orang yang baru kenal sama saya. Hehe, piss ah.

lima.
Saya anti-tren. Walau sekarang nggak se-ekstrem itu sih. Tapi dari dulu emang paling seneng melawan arus. Saat orang banyak suka siapa atau apa, saya pasti nggak akan suka itu. Saat banyak orang di sekitar saya bilang fisika itu susah, maka saya akan berusaha agar fisika mudah buat saya. Saat banyak teman perempuan saya dengerin Westlife dkk, maka saya memilih Silverchair, Rer Hot Chili Papers, Blindspot, Nirvana (tapi sekarang ditambah Brothers, Izzis, Shohar dkk ^^). Saat banyak teman perempuan sibuk karena jerawat, sibuk nyari parfum, maka saya nggak ambil pusing dengan itu ^^. Saat dan saat..

enam.
Saya suka susu soda. Banged. Sampai-sampai penjual susu soda di komplek perumahan tempat saya kost hafal. Pernah suatu ketika saya pergi ke pak penjual itu, dan begitu sampai bapak itu sambil tersenyum berkata, ”susu soda ya neng?” Hehe, padahal saya mau beli pulsa ^^.

tujuh.
Pernah bercita-cita menjadi astronot. Bisa dibilang ini gara-gara kakak perempuan saya yang terobsesi dengan bintang dan benda langit lainnya.Sering berdua duduk di loteng rumah, menatap bintang di langit malam menebak-nebak rasi bintang yang terlihat ^^.

delapan.
Nggak suka pedes. Beda sama tegre nih ^^. Nggak tahu sejarahnya kenapa. Tapi belakangan mulai menolerir hal ini.

Selesai ^^.

PR selanjutnya buat : Qistwunx, Mas Fredy, Upi Masyita, Petta Rosetta,.. Ga tau siapa lagi .. empat orang lagi kapan-kapan aja ah.


hidupku

hari ini
22 tahun sudah hidupku


full of tears..

Allah..
apa yang sudah aku lakukan selama ini?
cukupkah itu menjamin hidupku di keabadian akhirat nanti?


kucoba
menapak
meretas jalan menuju surga
akankah hari itu tiba
in the right time

kusadar
jalan ini jalan panjang
semoga ku tak patah arang
hingga di penghujung jalan ini kutemukan
satu dari dua pintu
semoga pintu yang benar kutuju


Kebebasan Saya Dibeli

Beginning is always hard. Awal masuk kantor (padahal baru magang =), saya merasa kehidupan saya yang tadinya bebas-merdeka-bisa-pergi-dan-melakukan-apa-aja, jadi berubah. Magang mengubah hidup saya! Yang sebelumnya saya adalah mahasiswa, yang bisa bebas untuk menjadi idealis (versi saya based on my way of life tentunya =), bebas memilih aktivitas apa yang akan saya kerjakan dalam satu hari, bebas mau mobile kemana saja.


Tiba-tiba harus masuk kantor, duduk diam disana (pas awal magang masih jarang kerjaan, pen), bertemu orang-orang baru yang kebanyakan lebih tua (yang sudah terbiasa dengan kehidupan orang kantoran-berstatus PNS), dsb, dsb. Banyak kejutan di kantor! Hi-salary-low-productivity. Seseorang di bagian saya sampai-sampai pernah bilang, “Gimana ngitungnya ya, kerjaan gini tapi gaji saya d*****n j**a”. Sembari duduk santai setelah menyelesaikan kerjaan. Beberapa saat kemudian beliau tidur-tiduran di kursi kayu panjang, di salah satu bagian kantor.

Sempat merasa trapped in the office. Bahkan terpikir bahwa kebebasan saya dibeli dengan harga delapan-ratus-lima-puluh-ribu per bulan (uang lelah magang, pen). Yang bahkan belum saya terima sampai sekarang. Hehe.

Apakah saya yang terlalu memperdrama?





Powered by Blogger