Ga Bisa Komen di Blog Sendiri, oh derita..

Para pembaca blog ini, terutama yang meninggalkan komen disini, mungkin mengamati beberapa postingan terakhir selalu tidak ada tanggapan komen dari saya
#pede-banget-ada-yang-konsisten-membaca-blog-ini :D

Sekalian meluruskan ya, bukannya saya mengabaikan atau males menjawab komen yang ada, tapi.. karena tidak bisa komen.

Begini ini tampilannya kalo mau komen di blog sendiri,
Udah tulis komen berbanyak-banyak, begitu klik Post Comment, tuing! #nothinghappen
Ada yang bisa beri solusi?

Terima kasih banyak :)



Update:: 28 Juni 2011
Masalah terpecahkan!
Ternyata biang keroknya adalah penempatan komentar yang disematkan di bawah page. Dan cara penyelesaiannya simple sangat! Tinggal ubah pengaturan komentar, penempatan formulir komentar ganti dari disemat dibawah entri menjadi jendela munculan. Udah gitu dowang.
Memalukan yah, untuk hal begini aja ane harus berguru pada mbak elya
Hehe, makasih banyak mbak elya, aku jadi bisa menyapa-nyapa para penikmat blogku lagi. (Pengunjung blog: zzz.. =_=')
Problem solved yah!
=))

[MaretCeria] Waktu Itu di JOGJA ^^

Ikutan MaretCeria Cal-Vin Giveaway di http://www.fitrian.net/2011/03/maret-ceria.html
Hasil dari blogwalking mengunjungi blognya Bundit :D

Keterangan foto:
Itu foto aku sama adekku di area Kampus UGM di Jogja. Waktu itu aku masih tinggal di Semarang dan adekku kuliah di Jogja, jadinya sering saling mengunjungi. Itu ceritanya kita habis jajan Cilok. Jajanan favorit saat itu Cilok, Batagor dan Es Kunyit Asam (kalo ga salah eh) yang murah meriah di UGM :D
Kalau mengingat masa lalu, momen-momen jalan-jalan berdua terasa mewah sekarang setelah kita tinggal terpisah Solo-Jakarta.

Gimana, cukup ekspresifkah kita berdua? hahayyy...

Salsa dalam Empat Dimensi

Hari ini ketika sedang didepan laptop, tiba-tiba muncul keinginan untuk mengumpulkan semua foto-foto dan dokumentasi salsa dalam satu folder. Ketika tengah mengacak-acak isi lappy, menemukan sebuah folder bernama 'Salsa_in_Action'. Ternyata itu folder berisi foto dan video hasil USG 4 Dimensi (USG 4D) waktu hamil salsa dulu. Yippiiee.. muncul ide untuk mengaplodnya :D

Dulu aku melakukan pemeriksaan USG 4D di Rumah Sakit Gunung Sawo di Semarang. Total biaya sekitar 400.000 (kalau aku ga salah mengingat ya, nanti aku cari-cari lagi insya Alloh struknya *wkwk :D). Waktu itu Jumat malem sepulang kantor naik taksi ke Rumah Sakit Bersalin yang semua dokternya perempuan itu bareng teman-beda-kantor-tapi-satu-gedung sesama bumil, Jeng Anna. Waktu itu sekitar bulan Februari 2010 (dari hasil foto tertanggal 17 Februari), usia kehamilan aku 8 bulan sedang Jeng Anna 7 bulan. Ternyata aku termasuk telat melakukan USG 4D, karena posisi kepala janin udah dibawah dan udah masuk ke panggul, muka janin ga bisa terlihat jelas. Diambillah solusi untuk melakukan pemeriksaan lagi hari sabtu esoknya. Sabtu paginya aku naik motor melintasi jalanan menanjak Gunung Sawo. Alhamdulillah, lumayan kelihatan muka janin, walaupun ga sejelas hasil USG 4D Jeng Anna.

Ini beberapa foto hasil USG 4D nya :)




Jumpalitan Bersama JMI


“Ketika seorang ibu memiliki pekerjaan di luar rumah sekalipun, ia tak akan lepas dari urusan domestik.” Quote dari bagian pengantar di buku Jumpalitan Menjadi Ibu. Buku ini berisi kumpulan cerita pengalaman real para ibu, baik yang menjadi full time/stay at home mother maupun working mom. Dan benang merah semua cerita itu adalah balada, jumpalitan, serta kerepotan para ibu itu dalam menjalani perannya sebagai seorang ibu yang harus menghandle urusan rumah tangga (ataupun para ibu bekerja yang harus mendelegasikan sebagian tugasnya pada Asisten Rumah Tangga), memikirkan menu sehat untuk anak, mengantar-jemput anak sekolah, menjalani kehamilan, mendidik anak, dsb. Membaca buku ini meyakinkan saya bahwa keduanya, baik full time ataupun working mother, salah satu tidak lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya. Dan saya yang baru satu tahun menjadi ibu ini, menjadi semakin sadar bahwa menjadi seorang ibu mungkin akan mengurangi beberapa keleluasaan yang pernah dimiliki ketika masih lajang dulu, tapi ada banyak hal-hal membahagiakan yang tidak akan pernah terbayangkan jika tidak menjadi ibu.

Membaca buku ini akan membuat perasaan teraduk-aduk, apalagi jika membacanya sekali habis tanpa dijedai dengan aktivitas lain. Beberapa cerita membuat saya geli karena gaya penuturan penulis yang kocak, beberapa membuat saya terkagum dan salut dengan sikap sang penulis terhadap anaknya, ikut merasa khawatir ketika membaca cerita tentang pengaruh negatif teknologi pada anak, kemudian merasa prihatin ketika membaca ulah ART dan sulitnya mencari ART yang sesuai dengan harapan, bahkan sempat ‘meleleh’ di cerita ketiga yang berjudul Cinta Bunda di Setiap Embusan Napas.

Beberapa tahapan dalam cerita-cerita di buku ini sudah dan sedang saya jalani, seperti pengalaman kehamilan, memasak menu untuk anak, dan mencari ART. Sedangkan tahapan seperti mengantar anak ke sekolah, ‘serunya’ menjalani pagi hari ketika mempunyai anak usia sekolah, ataupun masalah pergaulan anak, adalah tahapan yang baru akan saya jalani minimal lima tahun kedepan. Tapi tetap saja sharing pengalaman para ibu ini bermanfaat untuk mempersiapkan mental dan ‘perbekalan’ lain yang diperlukan ketika saat itu nanti tiba.

Jadi, tidak perlu menunggu menjadi ibu untuk bisa membaca buku ini, seorang anak, seorang single, atau seorang ayah, boleh saja membaca buku ini agar bisa lebih berempati pada para ibu =)

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Notes Jumpalitan Menjadi Ibu yang diadakan penerbit Lingkar Pena

Foto diambil dari sini

Powered by Blogger