Muphly Lummy*
Di wonosobo saya sekarang. Beruntunglah hidup di jaman ini yang bepergian jakarta-wonosobo bisa dilakukan dalam rentang waktu 'hanya' 10 jam (kalo jalanan ga terlalu rame) hingga 12 jam (plus bonus macet-macet).
Pulang ke rumah. Hanya untuk menjumpai sang Ibunda yang super itu. Eh, sekaligus transit sebelum berangkat dan memulai kehidupan baru di Semarang! (^^x)
Jadilah sejak Senin pukul 03:00 dini hari (jam segini saya sampai di wonosobo) hingga saat ini, berdua Ibu di rumah.
Ini cerita saya selama beberapa hari bersama Ibu.
[Ibu, Ayat-Ayat Cinta Dan Cadar]
Sudah baca novel Ayat-Ayat Cinta (AAC)? Sudah nonton pelemnya? Saya belum baca itu novel tapi kalau pelemnya sempat liat sedikit dari laptop mbak Choy ketika bertandang mengganggu ketentraman kost sang mbak di pjmi (^^x). Dari nonton yang sebentar itu --walau belum tau cerita versi novelnya-- saya berkali-kali protes 'Lho! Ngapain Fahri sama Maria berdua di pinggir Sungai Nil!' 'Lho! Kok Fahri nyentuh tangan Aisha!' 'Lho! Aisha pakai cadar tapi kok suaranya lembut merayu gitu!' dan 'Lho!' yang lain. Tapi karena pernah baca Behind The Scene nya AAC dan perjuangan keras sang sutradara untuk melaksanakan kata-kata sang ibunda "Kalau kamu sudah bisa buat film, buatlah film tentang agamamu", saya hargai anda pak sutradara.
Saya belum, apakah ibu saya sudah nonton ini film? Entahlah. Yang jelas beliau pernah menyebut-nyebut judul film ini.
Mencermati AAC, kesuksesan film ini --dan seperti biasa selalu terjadi di negeri ini ketika sesuatu tengah booming-- berbuntut dengan dibuatnya film ataupun sinetron ataupun segala hal berbau AAC. Terbukti, ada film Mengaku Rasul (MR) dan sinetron Munajah Cinta (MC). Teringat percakapan semalam antara Ibu dan Budhe saat kebetulan nonton MC di tempat Mbah Kakung.
"Jangan-jangan bentar lagi ada kerudung model khumaeroh (tokoh wanita di MC)" sang ibunda
"Emang udah ada" sang budhenda
Padahal sinetron itu baru tayang beberapa episode. Cepat sekali masyarakat merespon.
Apa kesamaan AAC, MR dan MC? Jilbab besar dan cadar.
Mengkorelasikan kecepatan respon dan kehebohan AAC-syndromme plus jilbab besar dan cadar. Maka pantas lah saya berharap masyarakat akan merespon cepat sang jilbab besar dan terlebih cadar sehingga tak lagi merasa 'ketakutan' pada muslimah yang mengenakan itu.
Inilah kawan, yang ingin saya ceritakan. Malam kemarin, saya bersama Ibu di kamar. Saya tengah menjajal bergo item pemberian orang tua murid tempat saya mengajar privat. Bagus, kata Ibunda. Lalu saya iseng berbuat sedemikian rupa sehingga si bergo itu menutupi pula separuh muka dari hidung. Saya bercadar! Hehe. Saya tunjukkan ke Ibu. Tahu apa kata beliau?
"Mbak, jangan pakai cadar ya, Ibu ga mau"
Saya hanya senyum-senyum saja. Dalam hati, 'ibu ada-ada aja'
'Ternyata kecepatan respon terhadap kebaikan tak secepat terhadap keburukan'.
Walau sebenarnya, sang ibunda memang bukan tipe orang yang gampang terbawa 'arus'.
Apakah saya hendak bercadar? Allahua'lam (^^x).
Kesimpulannya : sepertinya ibu saya belum nonton AAC. Hehe.
[Ibu, Dingin dan Es Krim]
Apa kata anda untuk orang yang makan es krim saat udara dingin? Hebat, mungkin? Atau malah, bodoh? Tafadhol, pilihan ada ditangan anda. Hehe. Ga penting ya (^^x).
Yang jelas saya ada di wonosobo saat ini. Sebuah kota berudara dingin. Secara gunung gini. Jadilah saya seorang yang 'anggun' (=anak nggunung, hehe). Dan tahukah? Saya baru nyadar dinginnya kota ini setelah sempat kuliah di jakarta. Hoho, badaknya. Tapi dinginnya ini yang saya suka : kalau mandi berasa sangat mandinya, secara airnya dingin gila. Hihi. Tapi saya suka. Pokoknya suka.
Sore hari ini saat suasana mulai petang Sang Ibunda pulang dari bekerja. Saya sudah siapkan segelas teh hangat tawar (gulanya abis soalnya) plus air hangat untuk beliau mandi. Ibu pulang hampir jam lima.
"Nih Ibu bawain jajan buat kamu" sambil meletakkan kantong plastik hitam beserta apa didalamnya diatas meja.
Saya buka lah.
"Es krim!" senyum lebaaaar ^______^
Es krim coklat stroberi yang langsung saya gasak beserta roti coklat.
Anda sebut apa orang seperti saya? Hehe.
*Terinspirasi dari Shel Silverstein, penulis 'Runny Babbit: A Billy Sook'
Kita sama-sama tau lah, Bou..
Makhluk apa dirimu ini..
Bukankah memang hanya kita yang tahu tentang taring tanduk, ekor dan bulumu itu..?
Upss, aku keceplosan
hehe
fizqi rebriani
@ retno
jou
inget tak?
"jika kukeluarkan ekorku maka kau akan keluarkan taringmu, kemudian bulu-bulu kita bermunculan"
huehehe
@ akar_membiru
tepat!
Sli Autopo
hehe (^^x)
nyang jelas nih mbakyu, klo rika pakai cadar ituh, insyaAlloh banyak lelaki sholeh pada ngelamar rika secepatnya..he..hee
@ pak oke
berarti kalo ga pake cadar ga ya pak? Hehe (^^'x)