“Ketika seorang ibu memiliki pekerjaan di luar rumah sekalipun, ia tak akan lepas dari urusan domestik.” Quote dari bagian pengantar di buku Jumpalitan Menjadi Ibu. Buku ini berisi kumpulan cerita pengalaman real para ibu, baik yang menjadi full time/stay at home mother maupun working mom. Dan benang merah semua cerita itu adalah balada, jumpalitan, serta kerepotan para ibu itu dalam menjalani perannya sebagai seorang ibu yang harus menghandle urusan rumah tangga (ataupun para ibu bekerja yang harus mendelegasikan sebagian tugasnya pada Asisten Rumah Tangga), memikirkan menu sehat untuk anak, mengantar-jemput anak sekolah, menjalani kehamilan, mendidik anak, dsb. Membaca buku ini meyakinkan saya bahwa keduanya, baik full time ataupun working mother, salah satu tidak lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya. Dan saya yang baru satu tahun menjadi ibu ini, menjadi semakin sadar bahwa menjadi seorang ibu mungkin akan mengurangi beberapa keleluasaan yang pernah dimiliki ketika masih lajang dulu, tapi ada banyak hal-hal membahagiakan yang tidak akan pernah terbayangkan jika tidak menjadi ibu.
Membaca buku ini akan membuat perasaan teraduk-aduk, apalagi jika membacanya sekali habis tanpa dijedai dengan aktivitas lain. Beberapa cerita membuat saya geli karena gaya penuturan penulis yang kocak, beberapa membuat saya terkagum dan salut dengan sikap sang penulis terhadap anaknya, ikut merasa khawatir ketika membaca cerita tentang pengaruh negatif teknologi pada anak, kemudian merasa prihatin ketika membaca ulah ART dan sulitnya mencari ART yang sesuai dengan harapan, bahkan sempat ‘meleleh’ di cerita ketiga yang berjudul Cinta Bunda di Setiap Embusan Napas.
Beberapa tahapan dalam cerita-cerita di buku ini sudah dan sedang saya jalani, seperti pengalaman kehamilan, memasak menu untuk anak, dan mencari ART. Sedangkan tahapan seperti mengantar anak ke sekolah, ‘serunya’ menjalani pagi hari ketika mempunyai anak usia sekolah, ataupun masalah pergaulan anak, adalah tahapan yang baru akan saya jalani minimal lima tahun kedepan. Tapi tetap saja sharing pengalaman para ibu ini bermanfaat untuk mempersiapkan mental dan ‘perbekalan’ lain yang diperlukan ketika saat itu nanti tiba.
Jadi, tidak perlu menunggu menjadi ibu untuk bisa membaca buku ini, seorang anak, seorang single, atau seorang ayah, boleh saja membaca buku ini agar bisa lebih berempati pada para ibu =)
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Notes Jumpalitan Menjadi Ibu yang diadakan penerbit
Lingkar Pena Foto diambil dari
sini