Masing-masing Sesuai Kapasitas
Sore tadi saya membaca sebuah tulisan di blog berlabel Nyus Blok (nama yang aneh, hehe). Pak SBY terbatuk-batuk dalam pidato beliau di acara pertemuan dengan dokter-dokter apalah, saya lupa. Beliau bertutur, tidak bisa tidur karena banyak pikiran sejak BBM naik. Kata beliau, mencari-cari solusi atas permasalahan ini. Seketika terbayang wajah beliau yang tak sesegar dulu ketika pertama kali muncul dan menjadi presiden, sekarang kantung mata terlihat menghias mata beliau menampakkan kelelahan.
Di Suara Anda Metro TV malam ini, seorang Bapak dari Semarang berkata berapi-api mengomentari sebuah aksi mahasiswa di Palu yang berujung bentrok dengan aparat,
“Mahasiswa itu mbo ya nggak usah sok pahlawan begitu, rakyat itu semua menerima kenaikan BBM kok, mereka itu sekolahnya mahal-mahal tapi kerjaannya demo aja, bikin pusing, nyari rejeki jadi susah... Mahasiswa mbo kasih contoh yang baik..”
(dengan beberapa perubahan, sesuai ingatan saya)
Mungkin Pak SBY bisa sedikit tersenyum jika mendengar suara salah seorang rakyatnya itu.
Hmm.. dan media harusnya memang proporsional dalam pemberitaan ya. Selalu ada dua sisi dalam setiap hal. Pun kenaikan BBM ini, ada kontra, pastinya ada yang pro juga.
Merenung, Capek kali ya duduk di pemerintahan jaman sekarang ini. Ada masalah apapun selalu jadi pihak sasaran hujatan. Memang si, pemerintah harus bertanggung jawab atas rakyatnya. Tapi apa semuanya harus dilempar ke pemerintah? Apa semuanya memang kesalahan pemerintah? Dalam lingkup publik, mungkin memang tanggung jawab terbesar ada pada pemerintah. Tapi.. bukannya tiap orang harusnya juga bertanggung jawab atas dirinya? Keluarga harus bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Masyarakat atas anggota masyarakat. Tiap komponen punya tanggung jawab untuk bergerak, berperan sesuai dengan kapasitasnya. Dimanapun posisi kita harus melakukan yang terbaik yang kita bisa. Teringat kata-kata seorang dosen “harusnya pemerintah punya blueprint Indonesia untuk beberapa puluh tahun mendatang. Cetak biru yang harus dilaksanakan oleh siapapun yang jadi presidennya.” Yang ada sekarang saing-saingan untuk duduk di kursi ‘panas’ presiden.
Hhh.. merindukan suasana kehidupan sosial seperti cerita-cerita kehidupan di jaman manusia agung dan para sahabatnya yang kerap saya dengar..
bener banget, bu!
emang gak bisa seenaknya nyalahin pemerintah, harus pake dalil dan argumen yang bisa dipercaya..
tapi di lain pihak, pemerintah juga jangan lepas tangan. seandainya aja para pemimpin kita rela gak digaji, waaa... berasa balik ke jaman kekhalifahan dulu tu.. (hehe, sok tau mode on, berhubung Tigger jg gak tau gmn rasanya hidup di jaman itu)
emang bener2 harus sesuai dengan kapasitasnya masing-masing kok...
Iya mbuk,
seprakat.
Btw aq merasa untuk kondisi tertentu aksi itu diperlukan
dulu bahkan sempat merasa aksi itu keren ketika tau ada perangkat2 aksi macam jenlap, korlap, dan ada skenario dalam sebuah aksi.
Sayang belum sempat pelajari lebih dalam_
smangadz!
Tentang kenaikan harga BBM, pas menjelang kenaikan harga BBM atau pas setelah pengumuman [aku lupa kapan] kami, anak2 BKF 2007 diminta untuk melakukan survey ttg dampak kenaikan harga BBM. Dari beberapa responden, hal yang dapat saya tangkap dari mereka adalah rata-rata mereka pasrah dengan keputusan pemerintah, kalau mau dinaikkan ya mau gimana lagi..., kalau bisa ya jangan dinaikkan. Saya bertemu dengan seorang penjual ketoprak yang malah menyarankan agar nggak usah ikut-ikutan demo, percuma, toh BBM tetap saja dinaikkan harganya. Tentang demo2 mahasiswa, rasanya mahasiswa itu kok nggak mikir dulu sebelum demo. Benarkah masyarakat sepenuhnya menolak kenaikan harga BBM? Benarkah dampak kenaikan BBM akan 'sangat menyengsarakan' kehidupan masyarakat? [kalau melihat fakta, toh bensin 10.000/liter tetap ada yang mau beli, bener lho... saya nonton berita tadi malam (20/7/08), di lubuklinggau). Media sendiri kalau menurut saya memang berlebihan dan tidak seimbang dalam memberitakan kenaikan harga BBM. Pemerintah sendiri kalau menurut saya penjelasannya ttg kenaikan harga BBM tidak memuaskan. Saya pikir Pemerintah tidak bodoh, tentu punya pertimbangan sebelum memutuskan menaikkan harga BBM serta sudah memperhitungkan dampak keputusan tersebut.
Satu hal yang menurut saya penting untuk dilakukan adalah audit kinerja atas subsidi yang diberikan Pemerintah. Saya merasa selama ini kok sepertinya nggak ada audit kinerja atas subsidi,terutama subsidi BBM dan listrik. Dengan adanya audit kinerja nanti kan bisa diketahui seberapa besar dampak dari setiap rupiah subsidi yang diberikan oleh Pemerintah. Dengan adanya audit tersebut juga mendorong Pemerintah untuk lebih bijaksana dalam memberikan subsidi, apakah telah tepat sasaran, apakah telah mencapai tujuan dari diberikannya subsidi. Jangan sampai pemberian subsidi itu terbakar sia-sia bersama dengan pemborosan penggunaan BBM dan listrik!
Tentang Pemerintahan saat ini, memang seolah-olah memerintah itu demi kepentingan politik, tidak memperhatikan apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh bangsa ini, negara ini. Seolah mereka hanya memikirkan apa yang akan dicapai oleh Pemerintahan saya... Waktu belajar tentang pengganggaran waktu kuliah dulu sempat terpikirkan, dengan sistem perencanaan anggaran dan program kerja seperti saat ini sebenarnya rawan terhadap perubahan politik. Setiap ganti Pemerintahan, berganti pula visi dan misi. Kalau begini, mau dibawa ke mana bangsa ini karena visi dan misinya setiap 5 tahun berubah? Saya sependapat kalau diperlukan sebuah blue print Indonesia di masa yang akan datang yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh siapaun yang memerintah negara ini, siapa pun yang menjadi Presiden. Kayaknya nanti para Capres-Cawapres harus di-fit & proper test dengan blue print tersebut, kalau nggak sesuai ya nggak usah dilulusin jadi Capres-Cawapres.
Serta sangat penting juga agar masyarakat mengetahui blue print tersebut sehingga masyarakat pun bisa turut bergerak bersama-sama dengan Pemerintah untuk mencapai apa yang ada di blue print tersebut.
Afwan kalau komentarnya kepanjangan, telat komen & nggak up to date [secara saya baru nemu blognya]
@ r. mu.
Alhamdulillah
Komen panjang nan berisi sangad ^^x
Bahkan lebih bgs drpd tulisan yg dkomenin.. Hehe