Membaca = Mengupgrade Kepribadian *

Buku yang sedang saya baca saat ini, dua buku sekaligus, tulisannya Gede Prama : Inovasi atau Mati, dan Percaya Cinta Percaya Keajaiban. Dan dua-duanya berkasus sama, belum selesai saya baca. Kebiasaan saya memang, membaca beberapa buku sekaligus, burukkah?
Lanjut..

Tulisan satu orang tapi dengan rasa yang berbeda. Saya pertama sekali membaca yang Inovasi atau Mati. Tentang manajemen organisasi. Gede Prama banyak mengkritik pemikiran-pemikiran yang sudah ada. Mulai dari pemikiran Kenichi Ohmae tentang Borderless World yang katanya masih saja ber-border, Kohler, dan nama-nama lainnya (tokoh-tokoh manajemen yang asing bagi telinga saya). Bagus pemikiran Bapak ini, baru. Seperti kata beliau tentang sekolah bahwa harusnya sekolah itu memberikan motivasi untuk belajar dan bukannya mendikte murid-muridnya untuk menjadi seperti apa. Langsung terbayang metode pendidikan di kebanyakan sekolah di Indonesia dan paradigma para orang tua --yang sudah harus dimuseumkan-- yang menilai keberhasilan pendidikan dari nilai yang diperoleh anak-anak mereka. Rangking. Teringat kalimat yang Berulang kali saya ucapkan ketika jaman kuliah kemarin "IP tidak akan pernah menggambarkan diri saya yang sebenarnya!". Sebuah usaha untuk mengingatkan diri ini apa yang sebenarnya saya tuju, tapi kadangkala malah jadi pembenaran ketika IP tak sesuai dengan yang diinginkan (hehe). Kembali lagi ke buku Gede Prama ini, sempat timbul ke-tidak-sreg-an saat membaca tulisan beliau. Di beberapa tulisan yang sudah saya baca, beliau seringkali memulai dengan memunculkan sebuah gagasan yang mengobrak-abrik pemikiran lama, mencapai klimks kemudian dilanjutkan dengan antiklimaks, pernyataan beliau bahwa seperti halnya pemikiran tokoh-tokoh yang beliau kritik, pemikiran beliau pun sama tak pentingnya, lalu diakhiri dengan "robek saja tulisan ini" atau "buang saja buku ini". Dalam pikiran saya, itu terlihat seperti sikap seseorang yang berani melemparkan sebuah ide tapi tak berani menghadapi akibat yang akan ditimbulkan oleh 'aksi' pelemparan tersebut. Maka, saya mulai malas-malasan membaca buku itu, disamping karena bahasa manajemen susah dicerna oleh otak saya. Sampai ketika saya pulang ke kampuang kemarin. Menemukan buku koleksi sang mbak di rak buku, lagi-lagi Gede Prama. Mengantisipasi kebosanan, akhirnya saya culik buku itu untuk menemani perjalanan saya menuju kota semar (Semarang maksudnya). Tepat! Judul bukunya Percaya Cinta Percaya Keajaiban. Tulisan dibuka dengan sebuah quote yang merupakan sebuah pesan sms yang dikirimkan oleh putri pertama Gede Prama:
Kegelapan bisa menyembunyikan gunung, sungai, pohon, dll. Akan tetapi ia tidak bisa menyembunyikan cinta.

Sudah saya baca itu buku sampai bab II tulisan ke-16. Komentar saya, keren, keren, keren. Subhanallah. Rasa yang berbeda dengan ketika saya baca buku yang pertama. Yang berasal dari hati akan mudah ditangkap oleh hati pula. Tidak perlulah saya resensi itu buku. Yang anda butuhkan adalah membacanya sendiri.

Selamat membaca!
Jangan lupa baca bismillah (pesan pak okebebeh)


*Kalimat ini pertama kali saya dengar hampir lima tahun yang lalu. Pas jaman saya kelas dua SMA. Keluar dari mulut mentor bahasa inggris dulu, mas Alfa. Ketika itu saya mencatat dalam-dalam di hati saya


1 Response to "Membaca = Mengupgrade Kepribadian *"

  1. he..he..kok nama dirikuh ada diartikelnya..btw and bus way, jangan lupa kalo dah selesai membacanya, baca juga alhamdulillah ..he..hee

Powered by Blogger